Rasanya udah nyaris 19 tahun aku berkelana dan menghirup udara segar di dunia ini. Hidup aku juga nggak flat-flat amat sih. Aku punya banyak teman dari sabang sampe merauke, aku juga punya keluarga yang lengkap ada papa, mama, ayuk, dan adik. Terus aku juga punya sahabat yang baik-baik banget. Dan lagi aku terdaftar sebagai mahasiswa berprestasi di kampusku karena keahlianku di dunia taekwondo. Banyak orang yang sudah menjadi korban kehebatanku di dunia taekwondo. Terus aku juga hidup serba berkecukupan. Kalo aku mau, pasti ada. Tapi aku ngerasa ada yang kurang. Kekasih. Selama 19 tahun aku di dunia ini, sampe detik ini aku belum pernah ngerasaain yang namanya berpacaran. Mencintai, itu udah biasa banget. Dicintai ? Entah kalo yang itu. Tapi belum ada yang ngungkapin langsung perasaannya ke aku. Aku sering berkaca dengan kaca yang super besar dan memandangi setiap detail wajah dan tubuhku, dan aku yakin nggak ada yang salah. Wajahku cukup menarik dengan mata sipit dan hidung mancung yang membuat aku seperti orang china. Kulitku juga kuning langsat dan rambutku lurus hitam dan lembut. Tinggiku juga cukup walau badanku nyaris mendekati gemuk tapi menurutku masih dalam skala ideal. Jika dibandingkan dengan teman-temanku yang sudah memiliki kekasih, aku nggak kalah kerennya kok dari mereka. Malah aku punya satu kelebihan, aku wanita kuat dan nggak manja. Dan ini adalah puncak kegalauanku. Ketika jarak rumah dan kampusku nyaris memakan waktu 2 jam untuk sampai, ketika tubuh ini sudah sangat lelah untuk mengendarai motor dengan jarak 2 jam tersebut. Aku benar-benar ingin memiliki seseorang yang bisa aku andalkan untuk melakukan itu setiap hari. Tapi jauh diatas itu, aku ingin merasakan kasih sayang dari seorang kekasih. Yah, di saat teman-temanku sibuk bercerita tentang pacar-pacarnya, dan aku hanya mendengarkan berusaha menjadi pendengar yang baik. Sebenarnya aku senang, tapi dari lelung hatiku yang paling dalam aku bergumam, "di saat temen-temen aku sibuk cerita tentang pacarnya, aku cuma diem,dengerin, terus tersenyum karena tak ada yang bisa aku ceritain." Terus disaat temen aku sibuk memamerkan keromantisan pacarnya, aku hanya bisa bergumam "OHhh", "waw, keren" karena tidak ada yang bisa aku pamerkan di depan mereka. Di saat seperti itu, tingkat kegalauanku mencapai sebuah titik puncak yang di sebut akut. Aku nyaris frustasi dibuatnya. Apa yang salah denganku ? Apa karena aku atlit taekwondo jadi lelaki-lelaki takut mendekatiku ? heii,, apa yang salah dengan statusku sebagai taekwondowati. Ini sebuah hobi dan sekarang menjadi nilai plus untukku. Atau karena aku terlalu kuat sebagai wanita jadi para lelaki itu ngeri melihatku ? Heii,,, wanita kuat itu calon ibu yang baik buat anak-anaknya kelak. Atau karena aku tidak suka bermanja- manja dan agak mawas diri kalau dekat dengan lelaki yang baru aku kenal ? heiii,, itu memang karakterku. Entahlah, aku tak bisa menebak-nebak hal-hal yang bahkan aku sendiri tidak tau harus bagaimana memikirkannya.
Setiap hari aku selalu menunggu pangeran tampan yang melupakan kekuranganku dan melihat aku sebagai satu-satunya wanita terbaik di dunia. Aku yakin, pangeran itu sedang mencari jalan untuk menju hatiku dan membawaku ke singgasana hatinya hingga namaku dan namanya saling bertahta di sebuah kerajaan yang disebut rumah tangga.
Cerita ini nyaris seperti curcol. Tapi nih cerita gue angkat dari kegalauan partner gue yang terus menjadi pendengar temen-temennya saat temen-temennya bercerita tentang pacar mereka dan temen gue ini, cuma bisa diem dengerin aja. hha. sabar ya partner, nasib kita sama kok. Tapi gue nggak segalau lo, partner tercinta :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar