Pages

Jumat, 29 Juni 2018

Jangan Takut, Kita Punya Allah

Assalamualaikum sobat blogger,
Yuhuu produktif lagi.  Hehehe.  Emang dasar lagi pengen posting aja sih. 

Liat judul tulisanku kali ini sobat blogger, kayaknya berat banget yaa.  Hhehe.  Nggak kok.  Aku cuma mau nyeritain (lagi lagi)  pengalamanku. Hhhe. 
Okay kuyy aja lah ya cuss aku langsung ceritain.

Jadi gini nih,  aku tuh punya perihal mau ngumpulin uang buat ikutan kelas eksekutifnya yuk ngaji. Kan semenjak 1 tahun setelah lulus kuliah dan belum juga bekerja, aku nggak dapet uang jajan lagi nih dari orangtuaku.  malu juga kan udah lulus kuliah jugak,  ngapain masih minta orangtua. Jadi, aku bilang sama Allah "ya Allah,  aku mau ikutan kelas yuk ngaji dan butuh uang ya Allah." Dan tau nggak,  ada aja cara Allah buat ngasih rezeki ke hambaNya tadi.  ada aja kejutan Allah untuk mengabulkan doa hambaNya.  Dan sekarang kelas eksekutif yuk ngaji ini udah jalan 3 sesi. berarti udah banyak rezeki yang Allah kasih ke aku (which is aku belum bekerja loh ya).

Terus lagi baru-baru ini aku bilang sama Allah,  "ya Allah aku mau ngadirin acara nikahannya temen aku ya Allah." Dan kalian tau sob,  lagi lagi Allah punya cara untuk ngasih rezeki ke aku. Dan bener-bener nggak terduga banget jalannya gimana. Dan lagi which is aku belum bekerja dan belum punya penghasilan plus orangtua nggak mau ngasih duit lagi. Tapi karena kita punya Allah,  dan kita minta sama Allah,  bergantung sama Allah,  Allah kasih deh.  Apa yang nggak bisa dilakuin Allah.

Therefore,  nggak usah takut deh sama dunia dan seisinya.  Karena kita punya Allah.  Allah jamin kesejahteraan kita di dunia kok. Yang harus kita takutin itu amal kita.  Udah cukup belum buat masuk surga?  Yang harus kita takutin itu gimana kita menjalankan amanah yang Allah berikan ke kita sebagai manusia. Nanti,  bisakah kita mempertanggungjawabkannya. Yang harus kita takutin itu gimana kita melanjutkan dakwahnya rasulullah. Nanti saat ia memberikan safaat, mau berkata apa kita padanya?

#selfreminder

Minggu, 24 Juni 2018

Untuk Sebuah Mimpi



Assalamualaikum Sobat Blogger :)

Rasanya sudah lama sekali saya tidak menulis di blog ini. Maklumkanlah, sindrom malas saya kembali sampai ke titik akut. Dan saat ini, saya sedang dalam proses pemulihan dari penyakit malas akut saya. Semoga saya tetap istiqomah melawan malas saya. Aamiin.. hhhee.
Ngomong-ngomong soal malas, entah kenapa saya merasa hidup saya sedang lempeng-lempeng aja. Seperti kehilangan ambisi. Mau cari kerja, tapi sudah terlalu banyak kecewa.. Mau usaha, tapi keseringan dihina. Mau belajar lagi, tapi malas terus melanda.
Saya selalu iri dengan orang yang dirinya penuh ambisi. Mengejar ambisinya sampai berdarah dan akhirnya ambisinya terwujud. Berbanding terbalik denganku. Aku adalah orang yang punya banyak mimpi, Tapi untuk mengejar mimpi itu hanya sedikit usaha yang aku lakukan karena kecenderungan malasku tadi. Setelah itu, pasrah.
Aku adalah orang yang sepenuhnya yakin sama takdirnya Allah dan aku juga sepenuhnya yakin kalo rezeki itu sudah Allah atur. Hanya saja, aku sering lupa bahwa kita di beri pilihan sama Allah sebelum takdir itu terjadi. Kita di kasih pilihan sama Allah sebelum rezeki itu di kasih. Tinggal gimana kita, pilih pilihan yang mana. Pilihan itulah sebenernya usaha kita. Dan aku sering melupakan itu. Padahal baru bentar usahanya, tapi udah nyerah gitu aja. Udah pasrah gitu aja. Padahal kan, mungkin Allah masih menguji kita, seberapa kuat usaha dan kesabaran kita. Seberapa istiqomahnya kita dalam usaha mewujudkan impian kita.
Aku sering lupa kata-kata ini, “tenang, ada Allah”. Dan aku juga sering menyalahartikan kata-kata tersebut. Sering lupa kata-kata itu kenapa ? Karena kadang aku meragukan kualitas otak dan diriku sendiri. Kadang aku kehilangan kepercayaan diriku, sanggupkah aku mencapai mimpi-mimpi besarku ini ? Padahal jika aku terus ingat kata-kata “tenang ada Allah”, aku tak perlu ragu untuk meyakini kalo aku mampu mewujudkan mimpiku karena ada Allah sang maha Kuasa, sang Maha Pemilik Alam Semesta yang menjadi penolong, yang membuat sesuatu tidak mungkin menjadi mungkin.
Aku sering menyalahartikan kalimat “tenang ada Allah”. Kenapa ? karena aku kebanyakan pasrahnya dengan dalil “tenang ada Allah”. Memang, Allah menjamin rezeki dan hidup kita selama kita mengejar ridhonya. Tapi untuk sebuah impian ? Butuh juga usaha sebagai bukti nyata untuk Allah bahwa kita sangat menginginkan impian itu. Kalo kita diam, tidak begerak. Gimana Allah mau kasih rezeki ke kita. Iya, Allah kasih pasti. Tapi nggak bakal cepet dibandingin kalo kita usaha dulu.
Tapi ada hal lain yang harus dipertimbangkan dalam mengejar impian kita. Ya, apapun impian kita, tetap harus tujuan utama adalah ridho Allah. Seperti misalkan kita ingin bekerja di suatu perusahaan. Kira-kira, kalo kerja di perusahaan tersebut, buat kita jadi makin deket sama Allah atau nggak ? Kira-kira Allah ridho nggak ? Biar rezekinya berkah dan pilihan kita di jalan yang benar bukan jalan yang fujur. Terutama kita wanita. Hukum bekerja untuk wanita itu adalah mubah. Dibolehkan atau tidak di bolehkan. Dibolehkan, jika tidak mengganggu kewajiban utama kita sebagai wanita. Tidak di bolehkan, apabila membuat kita lupa pada kewajiban utama kita.
Ngomong-ngomong soal kewajiban, tau nggak kewajiban kita sebagai wanita dan muslim itu apa selain beribadah kepada Allah dan jadi khalifah di muka bumi ? Berdakwah guys. Mengamalkan yang makhruf dan mencegah yang munkar. 
Jadi intinya, kita boleh punya impian setinggi langit dan berusaha mewujudkannya. Tapi jangan pernah lupakan kewajiban kita sebagai mahluk di bumi, jangan lupakan tujuan Allah menciptakan kita di bumi. Jangan lupakan bahwa impian kita itu harus bertujuan utama untuk mendapatkan ridho Allah agar setiap hal yang kita lakukan bernilai pahala. Jangan lupakan bahwa dunia hanyalah sementara. Sedangkan akhirat itu kekal. Jangan pernah lupakan bahwa kesenangan dunia hanyalah semu. Jangan pernah lupakan bahwa dunia adalah panggung sandiwara.
 

Blog Template by BloggerCandy.com