Pages

Minggu, 24 Juni 2018

Untuk Sebuah Mimpi



Assalamualaikum Sobat Blogger :)

Rasanya sudah lama sekali saya tidak menulis di blog ini. Maklumkanlah, sindrom malas saya kembali sampai ke titik akut. Dan saat ini, saya sedang dalam proses pemulihan dari penyakit malas akut saya. Semoga saya tetap istiqomah melawan malas saya. Aamiin.. hhhee.
Ngomong-ngomong soal malas, entah kenapa saya merasa hidup saya sedang lempeng-lempeng aja. Seperti kehilangan ambisi. Mau cari kerja, tapi sudah terlalu banyak kecewa.. Mau usaha, tapi keseringan dihina. Mau belajar lagi, tapi malas terus melanda.
Saya selalu iri dengan orang yang dirinya penuh ambisi. Mengejar ambisinya sampai berdarah dan akhirnya ambisinya terwujud. Berbanding terbalik denganku. Aku adalah orang yang punya banyak mimpi, Tapi untuk mengejar mimpi itu hanya sedikit usaha yang aku lakukan karena kecenderungan malasku tadi. Setelah itu, pasrah.
Aku adalah orang yang sepenuhnya yakin sama takdirnya Allah dan aku juga sepenuhnya yakin kalo rezeki itu sudah Allah atur. Hanya saja, aku sering lupa bahwa kita di beri pilihan sama Allah sebelum takdir itu terjadi. Kita di kasih pilihan sama Allah sebelum rezeki itu di kasih. Tinggal gimana kita, pilih pilihan yang mana. Pilihan itulah sebenernya usaha kita. Dan aku sering melupakan itu. Padahal baru bentar usahanya, tapi udah nyerah gitu aja. Udah pasrah gitu aja. Padahal kan, mungkin Allah masih menguji kita, seberapa kuat usaha dan kesabaran kita. Seberapa istiqomahnya kita dalam usaha mewujudkan impian kita.
Aku sering lupa kata-kata ini, “tenang, ada Allah”. Dan aku juga sering menyalahartikan kata-kata tersebut. Sering lupa kata-kata itu kenapa ? Karena kadang aku meragukan kualitas otak dan diriku sendiri. Kadang aku kehilangan kepercayaan diriku, sanggupkah aku mencapai mimpi-mimpi besarku ini ? Padahal jika aku terus ingat kata-kata “tenang ada Allah”, aku tak perlu ragu untuk meyakini kalo aku mampu mewujudkan mimpiku karena ada Allah sang maha Kuasa, sang Maha Pemilik Alam Semesta yang menjadi penolong, yang membuat sesuatu tidak mungkin menjadi mungkin.
Aku sering menyalahartikan kalimat “tenang ada Allah”. Kenapa ? karena aku kebanyakan pasrahnya dengan dalil “tenang ada Allah”. Memang, Allah menjamin rezeki dan hidup kita selama kita mengejar ridhonya. Tapi untuk sebuah impian ? Butuh juga usaha sebagai bukti nyata untuk Allah bahwa kita sangat menginginkan impian itu. Kalo kita diam, tidak begerak. Gimana Allah mau kasih rezeki ke kita. Iya, Allah kasih pasti. Tapi nggak bakal cepet dibandingin kalo kita usaha dulu.
Tapi ada hal lain yang harus dipertimbangkan dalam mengejar impian kita. Ya, apapun impian kita, tetap harus tujuan utama adalah ridho Allah. Seperti misalkan kita ingin bekerja di suatu perusahaan. Kira-kira, kalo kerja di perusahaan tersebut, buat kita jadi makin deket sama Allah atau nggak ? Kira-kira Allah ridho nggak ? Biar rezekinya berkah dan pilihan kita di jalan yang benar bukan jalan yang fujur. Terutama kita wanita. Hukum bekerja untuk wanita itu adalah mubah. Dibolehkan atau tidak di bolehkan. Dibolehkan, jika tidak mengganggu kewajiban utama kita sebagai wanita. Tidak di bolehkan, apabila membuat kita lupa pada kewajiban utama kita.
Ngomong-ngomong soal kewajiban, tau nggak kewajiban kita sebagai wanita dan muslim itu apa selain beribadah kepada Allah dan jadi khalifah di muka bumi ? Berdakwah guys. Mengamalkan yang makhruf dan mencegah yang munkar. 
Jadi intinya, kita boleh punya impian setinggi langit dan berusaha mewujudkannya. Tapi jangan pernah lupakan kewajiban kita sebagai mahluk di bumi, jangan lupakan tujuan Allah menciptakan kita di bumi. Jangan lupakan bahwa impian kita itu harus bertujuan utama untuk mendapatkan ridho Allah agar setiap hal yang kita lakukan bernilai pahala. Jangan lupakan bahwa dunia hanyalah sementara. Sedangkan akhirat itu kekal. Jangan pernah lupakan bahwa kesenangan dunia hanyalah semu. Jangan pernah lupakan bahwa dunia adalah panggung sandiwara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blog Template by BloggerCandy.com