Pages

Rabu, 12 Oktober 2011

when love has cange #part 1

WHEN LOVE HAS CHANGE

Ketika cinta tidak bisa untuk dimiliki, maka jangan paksakan cinta itu karena cinta yang dipaksakan tidak akan menjadi sempurna dan yakinlah, tanpa kita duga akan ada cinta lain yang mampu membuat hidup kita terasa sempurna dan indah.”






Tidak terasa bagiku, Ujian Nasional kelas 3 sebentar lagi. Aku merasakan ada rasa sesak di hati. Aku membayangkan aku tidak melihat Farel lagi. Tidak ada lagi senyumnya di SMA Kusuma Bangsa yang mampu membuatku bersemangat setiap harinya. Tidak ada lagi manusia primitif yang bisa membuatku rindu jika tidak memandangnya. Segala pikiran itu terus saja membayangiku. Aku merasa kepalaku pusing karena memikirkan itu. Aku tau cintaku ini tak akan terbalas. Aku pun sadar, Aku hanya mengagumi tanpa dicintai. Tapi aku benar-benar tidak mengerti mengapa aku tidak mampu menghapusnya dari hatiku. Perkenalkan. Namaku Gisa Putri Wulandari. Aku akrab di sapa Gisa. Sekarang aku adalah siswi kelas 3 IPA di salah satu sma terkenal dan populer di daerahku.
” Gis, nggak terasa ya kakak kelas mau ujian. Kita nggak bisa mandangi mereka lagi.” Viu tiba-tiba datang entah dari arah mana dan kemudian duduk di sampingku yang sedang larut dalam pikiran.”Aku tau apa yang sedang kamu pikirkan.” Viu berkata lagi seolah dia benar-benar tau apa yang sedang aku pikirkan. Yang satu ini adalah temanku, namanya Veronica Indah Saraswati. Entah dapat darimana orang tua nya hingga memberi nama yang gabungan barat dan indo. Dan aku pikir Saraswati itu pasti karena mamanya suka nonton film saras 008. Dan dia biasa dipanggil Viu. Aku juga tidak tau kenapa dia bisa dipanggil Viu padahal jelas-jelas namanya tidak ada hubungan dengan Viu. Viu ini salah satu teman dekatku dan dia punya paras yang cukup cantik. Aku dan dia bagaikan bumi dengan langit. Aku buminya dan dia langitnya. Tetapi aku senang punya teman sepertinya karena banyak pengalaman baru yang aku dapatkan bersamanya. Dia juga mengajarkan aku tentang banyak hal.
” Kamu tau dari mana aku sedang memikirkannya???” Aku menoleh ke arah Viu yang dari tadi aku tau dia memandangiku penuh arti.
” Tidak usah kamu tanyakan padaku. Aku tau benar perasaanmu padanya. Saat ini pun aku sedang memikirkan Nanda. Kau tau, aku sangat sedih. Sama sepertimu.” Viu berkata tanpa jeda seolah kalimat itu sudah direncanakannya dengan matang-matang.
” Ya, kita sama-sama wanita yang mencintai. Tapi kenyataannya berbeda. aKu lihat Nanda begitu respek denganmu. Dan kamu tau ? aku sering melihat Nanda memandangimu diam-diam. Dia juga menyukaimu. Sedangkan aku ? Apa yang bisa aku harapkan dari manusia primitif itu ? ” Aku mengeluarkan seluruh isi hatiku dan semua itu mengalir begitu saja. Aku tidak sadar apa yang telah aku katakan barusan karena aku begitu sensitif kalau mendengar kata-kata semacam itu.
” Kamu kesal ? Kecewa ? Marah ? atau menyesal ? Kamu mencintainya kan ? Lalu mengapa kamu menghinanya dengan sebutan manusia primitif ?” Viu menaikkan nada bicaranya. Dia tampak kesal denganku yang selalu menganggapnya beruntung. “Tapi, aku mengerti perasaanmu dan aku tau persis mengapa kau menghinanya. Kamu kesal padanya kan ??? ” Viu melanjutkan ucapannya dan aku tau dia sedang berusaha menghilangkan rasa kesalnya padaku yang sedang di rundung pilu.
” Iya, begitulah. Dia benar-benar tidak mengerti perasaanku.” Mataku mulai terasa panas. Namun, sebisa mungkin aku tahan air mata yang akan keluar yang bakal membanjiri SMA ku.
” Bagaimana dia mau mengerti ? Dia hanya tau namamu. Dia tidak tau kamu seperti apa. Aku pernah berkata padamu kan. Kamu harus mendekatinya. Mengajaknya berkenalan dan saling mengobrol. Setidaknya sebelum dia keluar dari sini.” Viu berbicara sambil memutar ingatannya pada kata-katanya yang sering dia katakan padaku. Yah, walaupun dia tidak mengatakannya tapi aku tau persis bagaimana Viu sering mengucapkan kata-kata itu padaku.
” Harga diriku terlalu tinggi untuk melakukannya Viu. Ahh, sudahlah, memikirkan dia tak ada gunanya. Hanya buang-buang waktu dan membuat suasana kacau. Aku harus melupakannya.” Aku menatap Viu lekat-lekat sembari memberikan keyakinan pada Viu kalau harga diriku sangat tinggi untuk melakukan apa yang dikatakan Viu. Aku juga memberi isyarat kalau aku pasti bisa melupakan Farel. Walaupun pada kenyataannya sampai detik ini pun, setelah 1 tahun berlalu tanpa ada dia di SMA ku, aku masih tetap mencintainya.
Viu tersenyum lebar yang lebih berbau mengejek.
” Kamu tak akan bisa melupakannya. ” Viu sangat mantap dengan kata-katanya barusan. Seolah olah dia yakin kalau aku tidak akan bisa melupakan Farel. Lelaki yang telah membuat jutaan senyum, tawa, bahkan air mata keluar dari mataku yang cukup indah bila dipandang.

*********

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blog Template by BloggerCandy.com