Pages

Rabu, 22 Januari 2014

Ibu, Pemilik Kasih yang Sering Terabaikan (Begini Rasanya Jadi Seorang Ibu)

Ada pepatah yang mengatakan bahwa kalau kita belum merasakan, kita tidak akan tau bagaimana rasanya. Yah, pepatah itu memang benar adanya. Allah dan dunia  memberikan satu  pelajaran lagi untukku. Saat ini aku benar-benar menyadari bagaimana perasaan seorang ibu. Aku memang belum mempunyai anak, tapi  menjadi bagian dari anak-anak membuat aku mengerti bagaimana rasanya.
Aku yakin, saat seorang anak sering membantah apa yang ibu katakan, ibu merasa sedih dan kecewa. Karena aku pun merasakan hal yang sama di lingkungan anak-anak ini. Saat kata-kata kasar keluar dari mulut seorang anak, ibu merasa sakit hati namun lebih kecewa lagi karena ia tidak bisa marah dengan anaknya karena terlalu menyayangi dan peduli dengan anaknya.
Aku bisa membayangkan bagaimana perasaan seorang ibu saat melihat ketika ayah marah dan anak begitu takut mengecewakan ayah sedangkan ketika ibu marah, hanya di anggap angin lalu tanpa peduli bagaimana perasaan ibu dan tanpa mau berpikir kalau ia akan mengecewakan ibu. Yah, aku tau perasaan itu. Sedih, kecewa. Aku bisa membayangkan apa yang ada di pikiran ibu saat itu. Ibu pun ingin melihat anaknya takut mengecewakan ibu ketika ibu marah. Karena bagaimanapun, ibu yang melahirkan ia. Ibu pun ingin egois. Tetapi rasa sayang yang besar terhadap anaknya membuat ibu mengubur dalam-dalam semua keegoisan yang ada dipikirannya. Ibu hanya sabar melihat pemandangan yang bagi ibu sudah biasa itu.
Ibu, mencoba tidak mau peduli, tetapi tidak bisa. Mencoba untuk menyerah, tetapi lebih banyak keinginan untuk bertahan. Mencoba untuk membenci, tetapi rasa sayang yang lebih besar dari apapun itu tidak mampu membuatnya membenci.
Ibu, mengoceh setiap hari sewot setiap hari dan ketika ia benar-benar penat karena lelah tidak digubris perkataannya, akhirnya ia hanya diam menenangkan pikiran dan berdamai dengan hati. Sampai akhirnya ia sendiri yang kembali berbicara pada anak-anaknya kemudian tanpa rasa bersalah, anak-anaknya tersenyum menang.
Dan pada akhirnya ketika tidak ada orang lagi mempedulikan kita, tidak ada orang lagi yang percaya dengan kita, tidak ada orang lagi yang mau memberikan kasih sayangnya kepada kita, tidak ada teman yang bisa diajak bicara, ketika seluruh dunia meninggalkan kita sendiri, hanya ibu dan ayah yang masih peduli dengan kita, masih mempercayai kita, dengan ketulusan terus memberikan kasih sayang kepada kita, hanya mereka teman yang selalu ada waktu untuk kita ajak bicara, dan hanya mereka yang tidak akan meninggalkan kita sendiri di dunia ini.

Mianata, eomma. Aku terlalu sibuk dengan duniaku dan lupa akan kesibukan dan perasaanmu. Aku lupa untuk mengertimu dan lupa betapa kau sangat menyayangiku lebih dari apapun. Maafkan aku ibu. Allah menyadarkanku lewat sesuatu ini. Allah sedang menegurku dan menyentuhku lembut untuk sejenak merenung dan menyadari bagaimana ketulusan dan perasaanmu ibu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blog Template by BloggerCandy.com