Hai teman, sudah lama rasanya ya saat kita saling mengenal
pertama kali. Awal berkenalan denganmu, aku merasa sangat takut karena terlalu
banyak isu negatif tentang kamu. Banyak yang bilang kamu itu jahat, menakutkan,
dan salah sedikit kamu bisa merenggut kebahagiaan orang. Tapi segelintir orang
memuji ketulusanmu. Meski kamu jahat, kamu punya hati yang sangat baik dan bisa
membawa perubahan besar pada teman-temanmu. Yah, meski begitu rasa takutku
untuk berkenalan denganmu terus membayang. Tapi sekali lagi, aku bulatkan
tekadku untuk bisa mengenalmu. Bukankah kita tidak boleh menilai orang dari
orang lain ? Bukankah kita harus dekat dulu baru bisa menilai ? Dan sejak
perkenalan awal kita itu, aku bulatkan niatku untuk berteman denganmu.
Menelusuri setiap jengkal tubuh, pikiran, dan hatimu.
Ahh beberapa bulan aku mengenalmu, ternyata benar kata
orang. Kamu tak ubahnya parasit yang tidak bisa melihat aku bahagia dan terus
membebaniku. Setiap detik yang berlalu bersamamu, terasa seperti api menyala
yang siap membakar tubuhku kapan saja kamu mau. Bahkan setiap ucapanmu adalah
terror pembuat down semangat dan usahaku.
Karena begitu kejamnya kamu bagiku, aku pun mulai menjauh
darimu. Aku nyaris tak ingin mengenalmu lagi, aku nyaris ingin melupakanmu,
melupakan pertemanan kita.
Tapi ternyata kamu datang padaku, menjerit jerit
merindukanku, memanggil manggil namaku seolah kamu tak ingin aku lupakan. Awalnya
aku tak mau peduli, tapi lambat laun hatiku luluh. Aku tau kamu menyayangiku
meski dengan cara yang kuanggap salah.
Dan sejak saat itu, aku mulai berteman lagi denganmu. Aku
mulai mencoba memahami sikapmu yang demikian itu. Dan ternyata, setelah aku
mencoba memahamimu aku baru menemukan niat baik dan tulus yang terpancar dari
kejahatanmu itu.
Hai skripsi, sekarang aku tau ketulusan dan niat baikmu. Aku
mengerti bahwa begitulah caramu menyayangiku. Begitulah caramu mendewasakanku.
Begitulah caramu untuk membawa perubahan besar dalam hidupku.
Hai teman dekatku, percayalah aku sangat menyayangimu. Tapi
hei, masih kurang dewasakah aku untukmu ? Masih kurang mampukah aku di matamu ?
Sampai kamu masih saja bersikap begitu kepadaku ? Kapan kamu mau benar-benar
menunjukkan niat baikmu itu ?
Apakah 2 tahun masih belum cukup untukku di ospek sama kamu
teman ? Ayolah,,, jangan begini terus terhadapku. Tunjukkanlah manis dan
indahnya kamu, teman. Aku pun ingin melihat dan merasakan euforia itu. Euforia
yang dirasakan oleh teman dekatmu yang lain disaat kamu menunjukkan niat baik
dan ketulusanmu itu.
Ahh,, mungkin belum waktunya ya bagimu menunjukkannya
kepadaku. Mungkin kamu sedang mencari dan menunggu waktu yang indah untuk itu.
Atau mungkin karena usahaku yang kurang gigih untuk meluluhkan hatimu. Atau
mungkin kamu masih melihat kemalasan di dalam diriku yang ingin kamu ubah.
Baiklah teman, aku akan terus menunggu akan waktu yang indah
itu sembari berusaha keras dan mengurangi kemalasanku yang nyaris akut ini.
Demi, Demi sebuah lebel pertemanan kita yang kita sebut “sarjana”. I love you, teman !! *titik dua bintang*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar