Pages

Rabu, 30 Maret 2016

Story- My Bad Guy (Part 6)

Matahari bersinar begitu terik hari ini. aku dan vino sudah standby di panggung utama untuk menyaksikan dan meliput penampilan penampilan peserta lomba tari tradisional daerah. ku pusatkan perhatianku pada peserta yang sedang bertanding. mereka semua terlihat begitu anggun dan mempesona dengan baju baju tradisional daerah mereka masing-masing. aku terkagum kagum menyaksikan pemandangan itu dibarengi dengan kesadaran bahwa budaya indonesia memang benar-benar kaya, tak ada duanya. aku semakin mencintai negaraku ini.
"beli minum yok.. aus banget gue." ujar vino yang dari tadi sibuk memotret. aku mengangguk. dan kami berjalan ke stand makanan.
"lu mau apa ?" vino bertanya padaku.
"air putih aja vin.." ujarku.
Setelah membeli minuman kami duduk di bangku yang ada di stand tempat membeli minum. tibatiba seorang wanita menghampiri kami.
"vinoooo...." ujar wanita itu menyebut nama vino dengan nada manja. yang dipanggil menoleh. dan kulihat ekspresi vino langsung berubah dingin sekaligus seperti rindu yang sudah lama ia sembunyikan menguap ke permukaan. aku bisa merasakan ada sesuatu diantara wanita itu dan vino.

"lo ngapain di sini ?" ujar vino dingin. wanita itu tersenyum manis dengan vino. "ihh lu nggak berubah yaa vin. gue kangen banget sama lo tauk." wanita itu berbicara dan sejurus kemudian memeluk vino erat. vino hanya diam, tidak marah. tidak menolak. tapi tidak juga membalas pelukan wanita itu. seperti ada keraguan di sana.
"ini temen lu vin ?" wanita itu menoleh padaku setelah puas memeluk vino. aku tersenyum dan mengangguk. lalu menyodorkan tanganku untuk bersalaman dengannya.
"gita.." ujarku memperenalkan diri. Wanita itu meraih tanganku sambil tersenyum.
"cindi" ujar wanita itu yang sekarang aku tahu namanya cindi. secara fisik, cindi sempurna. kulit putih, hidung mancung, mata besar, badan tinggi semampai dengan berat ideal, rambut ikal panjang yg dibiarkannya terurai. aku sungguh tidak ada apa-apanya jika di bandingkan dengan cindi. kami berdua bagai bumi dan langit.
"boleh ya gita, gue gabung sama kalian ?" ujar cindi dengan nada yang setengah memaksa harus boleh.
aku mengganggukkan kepala dan tersenyum. Dan sekarang, bukan cuma aku dan vino tapi juga bersama cindi. rasanya hatiku sakit tapi aku tak ada hak untuk itu. aku sepenuhnya sadar bahwa resiko aku mencintai orang seperti vino itu sangat .besar. siapa yang tidak tertarik dengan sosok vino yang cool, keren, maco. terlebih tatapan matanya yang tajam. wanita mana yang tidak tertarik melihat mata itu. Ditambah lagi, vino lelaki baik meskipun gayanya urak urakan. tapi bukankah faktanya wanita lebih suka pria yang urak-urakan. dan cindi salah satunya. aku pikir, vino tidak mungkin tidak tertarik dengan wanita yang cantiknya kayak artis-artis ftv. terlebih tatapan vino terhadapnya. itu sudah lebih dari cukup untuk menceritakan isi hati vino.
sepanjang acara, aku hanya diam. cindi sibuk mengikuti vino kemanapun vino beranjak. sambil sekali sekali menggandeng lengan vino. dan yang membuat aku kecewa, vino hanya diam. tidak menolak diikuti oleh cindi dan tidak juga menolak pegangan tangan cindi di lengannya. rasanya aku ingin berlari saja ke tempat lain, tapi aku harus profesional. akhirnya kutahan saja perasaan yang terluka ini.
"vin gue laper makan yokkk..." ujar cindi merengek pada vino. vino menoleh pada cindi tanpa ekspresi.
"lu mau makan nggak git ?" vino memalingkan tatapannya dari cindi kepada ku.
aku berpikir sejenak.
"nggak deh, belum laper. kalian berdua makan duluan aja." ujarku berusaha tersenyum meskipun sebenarnya hatiku semakin sakit saja.
"ya udah, nanti aja makannya." ujar vino kemudian sibuk memutar lensa kameranya mencari objek dan fokus yang bagus.
"tapi gue laper vin.. lo mau gue sakit ? lo mau gue pingsan di sini ?" cindi semakin merengek. vino menatap cindi.
"lo mau makan apa ?" ujar vino. aku kira vino tidak akan menggubris cindi meski cindi merengek seperti iru. tetapi kekuatan hatinya porak poranda mendengar kata-kata cindi barusan. aku hampir saja geer karena vino mau menungguku makan. aku kalah telak.

"mau makan apa aja asal samo lu" ujar cindi tersenyum senang sambil menggandeng lengan vino dan menarik lengan itu beranjak. vino menuruti langkah gadis itu. aku hanya bisa melihat punggung mereka berdua. aku menghela nafas menahan gejolak yg ada di dalam hati. 

(To be continue....)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blog Template by BloggerCandy.com