Matahari
bersinar begitu terik hari ini. aku dan vino sudah standby di panggung utama
untuk menyaksikan
dan meliput penampilan penampilan peserta lomba tari tradisional daerah. ku
pusatkan perhatianku pada
peserta yang sedang bertanding. mereka semua terlihat begitu anggun dan mempesona dengan baju
baju tradisional daerah mereka masing-masing. aku terkagum kagum menyaksikan pemandangan itu
dibarengi dengan kesadaran bahwa budaya indonesia memang benar-benar kaya, tak
ada duanya. aku semakin mencintai negaraku ini.
"beli
minum yok.. aus banget gue." ujar vino yang dari tadi sibuk memotret. aku
mengangguk. dan kami berjalan ke stand makanan.
"lu mau
apa ?" vino bertanya padaku.
"air
putih aja vin.." ujarku.
Setelah
membeli minuman kami duduk di bangku yang ada di stand tempat membeli minum. tibatiba seorang
wanita menghampiri kami.
"vinoooo...."
ujar wanita itu menyebut nama vino dengan nada manja. yang dipanggil menoleh.
dan kulihat ekspresi vino langsung berubah dingin sekaligus seperti rindu yang
sudah lama ia sembunyikan menguap ke permukaan. aku bisa merasakan ada sesuatu
diantara wanita itu dan vino.
"lo
ngapain di sini ?" ujar vino dingin. wanita itu tersenyum manis dengan
vino. "ihh lu nggak berubah yaa vin. gue kangen banget sama lo tauk."
wanita itu berbicara dan sejurus
kemudian memeluk
vino erat. vino hanya diam, tidak marah. tidak menolak. tapi tidak juga
membalas pelukan wanita itu. seperti ada keraguan di sana.
"ini
temen lu vin ?" wanita itu menoleh padaku setelah puas memeluk vino. aku
tersenyum dan mengangguk. lalu menyodorkan tanganku untuk bersalaman dengannya.
"gita.."
ujarku memperenalkan diri. Wanita itu meraih tanganku sambil tersenyum.
"cindi"
ujar wanita itu yang sekarang aku tahu namanya cindi. secara fisik, cindi
sempurna. kulit putih, hidung mancung, mata besar, badan tinggi semampai dengan
berat ideal, rambut ikal panjang yg dibiarkannya terurai. aku sungguh tidak ada
apa-apanya jika di bandingkan dengan cindi. kami berdua bagai bumi dan langit.
"boleh
ya gita, gue gabung sama kalian ?" ujar cindi dengan nada yang setengah memaksa harus boleh.
aku
mengganggukkan kepala dan tersenyum. Dan sekarang, bukan cuma aku dan vino
tapi juga bersama cindi. rasanya hatiku sakit tapi aku tak ada hak
untuk itu. aku sepenuhnya sadar bahwa resiko aku mencintai orang seperti vino
itu sangat .besar. siapa yang tidak tertarik dengan sosok vino yang cool,
keren, maco. terlebih tatapan
matanya yang tajam. wanita mana yang tidak tertarik melihat mata itu. Ditambah lagi, vino
lelaki baik meskipun gayanya urak urakan. tapi bukankah faktanya wanita lebih
suka pria yang urak-urakan. dan cindi salah satunya. aku pikir, vino tidak
mungkin tidak tertarik dengan wanita yang cantiknya kayak artis-artis ftv.
terlebih tatapan vino terhadapnya. itu sudah lebih dari cukup untuk
menceritakan isi hati vino.
sepanjang
acara, aku hanya diam. cindi sibuk mengikuti vino kemanapun vino beranjak.
sambil sekali sekali menggandeng lengan vino. dan yang membuat aku kecewa, vino
hanya diam. tidak menolak diikuti oleh cindi dan tidak juga menolak pegangan
tangan cindi di lengannya. rasanya aku ingin berlari saja ke tempat lain, tapi
aku harus profesional. akhirnya kutahan saja perasaan yang terluka ini.
"vin
gue laper makan yokkk..." ujar cindi merengek pada vino. vino menoleh pada
cindi tanpa ekspresi.
"lu
mau makan nggak git ?" vino memalingkan tatapannya dari cindi kepada ku.
aku berpikir
sejenak.
"nggak
deh, belum laper. kalian berdua makan duluan aja." ujarku berusaha
tersenyum meskipun sebenarnya hatiku semakin sakit saja.
"ya
udah, nanti aja makannya." ujar vino kemudian sibuk memutar lensa
kameranya mencari objek dan fokus yang bagus.
"tapi
gue laper vin.. lo mau gue sakit ? lo mau gue pingsan di sini ?" cindi
semakin merengek. vino menatap cindi.
"lo
mau makan apa ?" ujar vino. aku kira vino tidak akan menggubris cindi
meski cindi merengek seperti iru. tetapi kekuatan hatinya porak poranda
mendengar kata-kata cindi barusan. aku hampir saja geer karena vino mau
menungguku makan. aku kalah telak.
"mau
makan apa aja asal samo lu" ujar cindi tersenyum senang sambil menggandeng
lengan vino dan menarik lengan itu beranjak. vino menuruti langkah gadis itu.
aku hanya bisa melihat punggung mereka berdua. aku menghela nafas menahan gejolak yg ada di
dalam hati.
(To be continue....)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar