Pages

Sabtu, 21 Desember 2013

cerpen - Strong Girl Diary

Rasanya udah nyaris 19 tahun aku berkelana dan menghirup udara segar di dunia ini. Hidup aku juga nggak flat-flat amat sih. Aku punya banyak teman dari sabang sampe merauke, aku juga punya keluarga yang lengkap ada papa, mama, ayuk, dan adik. Terus aku juga punya sahabat yang baik-baik banget. Dan lagi aku terdaftar sebagai mahasiswa berprestasi di kampusku karena keahlianku di dunia taekwondo. Banyak orang yang sudah menjadi korban kehebatanku di dunia taekwondo. Terus aku juga hidup serba berkecukupan. Kalo aku mau, pasti ada. Tapi aku ngerasa ada yang kurang. Kekasih. Selama 19 tahun aku di dunia ini, sampe detik ini aku belum pernah ngerasaain yang namanya berpacaran. Mencintai, itu udah biasa banget. Dicintai ? Entah kalo yang itu. Tapi belum ada yang ngungkapin langsung perasaannya ke aku. Aku sering berkaca dengan kaca yang super besar dan memandangi setiap detail wajah dan tubuhku, dan aku yakin nggak ada yang salah. Wajahku cukup menarik dengan mata sipit dan hidung mancung yang membuat aku seperti orang china. Kulitku juga kuning langsat dan rambutku lurus hitam dan lembut. Tinggiku juga cukup walau badanku nyaris mendekati gemuk tapi menurutku masih dalam skala ideal. Jika dibandingkan dengan teman-temanku yang sudah memiliki kekasih, aku nggak kalah kerennya kok dari mereka. Malah aku punya satu kelebihan, aku wanita kuat dan nggak manja. Dan ini adalah puncak kegalauanku. Ketika jarak rumah dan kampusku nyaris memakan waktu 2 jam untuk sampai, ketika tubuh ini sudah sangat lelah untuk mengendarai motor dengan jarak 2 jam tersebut. Aku benar-benar ingin memiliki seseorang yang bisa aku andalkan untuk melakukan itu setiap hari. Tapi jauh diatas itu, aku ingin merasakan kasih sayang dari seorang kekasih. Yah, di saat teman-temanku sibuk bercerita tentang pacar-pacarnya, dan aku hanya mendengarkan berusaha menjadi pendengar yang baik. Sebenarnya aku senang, tapi dari lelung hatiku yang paling dalam aku bergumam, "di saat temen-temen aku sibuk cerita tentang pacarnya, aku cuma diem,dengerin, terus tersenyum karena tak ada yang bisa aku ceritain." Terus disaat temen aku sibuk memamerkan keromantisan pacarnya, aku hanya bisa bergumam "OHhh", "waw, keren" karena tidak ada yang bisa aku pamerkan di depan mereka. Di saat seperti itu, tingkat kegalauanku mencapai sebuah titik puncak yang di sebut akut. Aku nyaris frustasi dibuatnya. Apa yang salah denganku ? Apa karena aku atlit taekwondo jadi lelaki-lelaki takut mendekatiku ? heii,, apa yang salah dengan statusku sebagai taekwondowati. Ini sebuah hobi dan sekarang menjadi nilai plus untukku. Atau karena aku terlalu kuat sebagai wanita jadi para lelaki itu ngeri melihatku ? Heii,,, wanita kuat itu calon ibu yang baik buat anak-anaknya kelak. Atau karena aku tidak suka bermanja- manja dan agak mawas diri kalau dekat dengan lelaki yang baru aku kenal ? heiii,, itu memang karakterku. Entahlah, aku tak bisa menebak-nebak hal-hal yang bahkan aku sendiri tidak tau harus bagaimana memikirkannya.
Setiap hari aku selalu menunggu pangeran tampan yang melupakan kekuranganku dan melihat aku sebagai satu-satunya wanita terbaik di dunia. Aku yakin, pangeran itu sedang mencari jalan untuk menju hatiku dan membawaku ke singgasana hatinya hingga namaku dan namanya saling bertahta di sebuah kerajaan yang disebut rumah tangga.


Cerita ini nyaris seperti curcol. Tapi nih cerita gue angkat dari kegalauan partner gue yang terus menjadi pendengar temen-temennya saat temen-temennya bercerita tentang pacar mereka dan temen gue ini, cuma bisa diem dengerin aja. hha. sabar ya partner, nasib kita sama kok. Tapi gue nggak segalau lo, partner tercinta :p

Senin, 16 Desember 2013

My 21 Bithday :D

Haii Haii Haii sobat blogger, annyeong ??? Finally, after i'm busy because of paper in my HI-4 course and i'm already presentation, hufttt meski pas presentasi udah keliatan nggak lulusnya hha tapi tetep optimis aja lah. Still, there is one test again, writing test. yah, semoga aja dapet yang terbaik lah. aamiin..
Yuhuu,, it's december guys. It mean that it's my month. Yeah, in 1 december, i'm out from my mom uterus. hha. Although 1 December in this year already gone, but still i want to express my happiness to you guys.
At the morning of 1 December, i got the phone from my senior high school friend, She said that she was in front of my house. Wehh,, in that moment my mom went to the market and the door locked. I feel confused. I try to use my brain, dan akhirnya gue memutuskan buat lewat rumah oom gue yang bisa tembus ke rumah gue. hha. In front of my house, there are nyai, venty, and ayuk yoz with the cake. I feel so happy because they are still remember my birthday. Thank you for the surprise my beloved friends :) I can't imagine if my life without you guys. Thank for coloring my life and thank for remember my birthday. I love you more than i say :* :* :*
Here they are, my lovely buddy from SMA

and after they came, my lovely friends, the member of Wiskul Lovers came too. Arghhh,, what should i do ? i feel so happy in the same time. Two different buddy came to celebrated my birthday. I can't express what i felt in that time. And i can't express with the text too. I just can say thank you to you guys :* My wiskul lovers,a friends who always give me a smile, joke, laughter, and learning. Thanks for become the part of my colorful life :* :* Thanks for the surprise and thanks for remember my birthday :)
And here they are :




 And, at afternoon i was joined in hijabers palembang event. and i got a gift from riamiranda. hihihi... tau aja nih gue lagi ultah ya uni. hha. Thank you unii and hijabers palembang :)

And at the maghrib time, hha. My lovely brother and sister in scout dallas came. Argghhh,, i was shock. Alibinya pecah ban tiba2 pas mau nyampering ke depan, eh disodorin kue. hhe. Dan bodohnya, gue nggak tau kalo bakal diceplok sama telor. hha. Tapi it's no problem. Bauknya telor nggak sebanding kok sama perhatian dan kepedulian kalian, adik2ku tersayang :* Thanks for surprise and eggs nya ya dek, hha. Thank you for remember your sister birthday. Thanks for happiness, cheerfulness, and passion that you give to me adek2ku. Sayang kalian :* :* Love you <3
Here they are :


And thanks to my lovely friends in campus for guguknya yang besar dan paris stickernya. hhe. Thanks for coloring my life especially in campus. Love you guys :* thanks for remember my birthday :)
here they are :

And again, thanks to the member of Wiskul Lovers for air terasi campur telur dan arangnya. Dan terima kasih karena sudah membuat saya menjadi seperti larva dan menjadi tontonan anak-anak. Tunggu pembalasan saya wahai manusia-manusia nistah. hhhaa.. :p Liat saja yahhh !!! :p


Dan terima kasih buat kadonya ya, buddy :*


Dan terima kasih buat bajunya, one of my lovely buddy. Nggak difoto udah dipakek duluan soalnya. hhe. Nggak apa2 yak. Tapi makasihhhh banget inget sama aku :* hhhhhaaa

And also, thank you for everyone who say happy birthday to me that i can't mention one by one. Thanks for you, guys.

I hope, in my 21 age, i can be better than before and i can increase my iman and taqwa :) and tentunya gue bisa bermanfaat dan berguna buat orang-orang yang ada di sekitar gue :D Terima kasih Allah untuk nikmat usia yang telah engkau berikan kepada hamba. Hamba akan berusaha menjadi hamba yang lebih baik dari sebelumnya :)

Kamis, 14 November 2013

Story - My Bad Guy (Part 3)

         "geg, mas vino, di panggil bapa tuh." Putu masuk ke ruangan menghampiri tempat dudukku dan juga vino yang meja kerjanya persis disebelahku.
Aku menoleh ke Putu sambil menunjukkan raut wajah terheran-heran. Kenapa aku disuruh ke ruangan bapa ? Aku merasa tidak ada masalah dan mengerjakan tugasku dengan baik.
           "Bli nggak tau geg. Geg ke ruangan bapa aja dulu. Mas Vino juga." Ujar Putu memandang ke arahku sambil tersenyum. Yah, senyumannya itu setidaknya melegakanku. Karena aku yakin bukan karena aku membuat kesalahan, bapa memanggilku ke ruangannya.
Vino yang dari tadi hanya diam sambil sibuk dengan komputer yang ada dihadapannya beranjak. Kemudian menoleh padaku.
         "Lo nggak mau ke ruangan sii bapa ?" Ujar Vino dengan muka cueknya yang membuat aku sangat ingin meremas mukanya itu, yah jika saja aku tidak memiliki perasaan ini padanya.
Aku menganguk dan beranjak berdiri dari kursiku. Aku tidak menyangka, keakraban kami kemarin saat makan siang bersama aku kira akan menjadi awal kedekatanku dengannya, tapi ternyata aku salah. Dia, masih saja bersikap cuek dan dingin terhadapku seperti sekarang. Aku diam-diam menghela nafas.
Aku dan Vino berjalan beriringan menuju ruangan bapa yang berada di lantai bawah. Sepanjang jalan itu, kami hanya diam sibuk dalam pikiran masing-masing. Aku juga sedang malas untuk membuka pembicaraan.
Setelah sampai di depan ruangan bapa, baru saja aku akan mengetok pintu ruangan itu, tapi Vino sudah mendahuluinya dan terdengar suara bapa dari dalam menyuruh kami masuk.
       "Masuk." Ujar Vino padaku sambil membuka pintu ruangan itu untukku. Aku bingung. Hanya bisa memandanginya kemudian masuk ke dalam dan diikutinya langkahku dari belakang.
       "Ayo silahkan duduk anak-anakku." Ujar bapa menyambut kami dengan sangat ramah. Aku mengangguk sambil tersenyum dan duduk di kursi yang sudah di persiapkan bapa.
        "Gini geg, Vino, bapa manggil kalian ke sini mau ngasih tugas buat kalian." Ujar bapa masih dengan seulas senyuman ramahnya.
       "Tugas bapa ? tugas apa bapa ?" Ujarku setengah malas. Aku lelah dengan kerjaanku yang menumpuk. Ditambah lagi, bapa mau memberikanku tugas lagi.
       "Gini, sebentar lagi kan ada acara kesenian se Indonesia nih yang diadain di sini. nah kalian berdua bapa tugaskan buat ke sana sebagai wakil dari kantor kita. Dan tugas kalian di sana, kalian harus melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan di sana, mencatat, dan kemudian di masukin di web kita. Bisa kan ?" Bapa bertanya setengah berharap.
Aku menoleh pada Vino. Aku bingung harus menjawab iya atau tidak. Walau sejujurnya aku sangat ingin mengemban tugas ini. Tapi aku masih menunggu jawaban Vino.
       "Kapan acaranya bapa ?" Ujar Vino angkat bicara setelah daritadi dia hanya diam.
Bapa tersenyum lebar. "Minggu depan acaranya dimulai. Dan lamanya seminggu." Ujar Bapa menjelaskan masih dengan senyuman yang lebar.
        "Oke, gue mau." Hanya jawaban singkat tanpa ekspresi itu yang keluar dari Vino.
Bapa tersenyum riang sambil mengangguk-anggukkan kepala. Seolah benar-benar sudah mengerti sikap Vino yang bagiku itu tidak sopan karena bagaimanapun, bapa adalah atasan kami.
       "Dan geg gimana ?" Ujar Bapa menoleh ke arahku.
Aku tersenyum. "Jika ini adalah tugas, maka saya siap untuk menjalankannya dengan senang hati bapa." Ujarku berbicara sesopan mungkin.
Bapa tersenyum kembali dan kembali mengangguk-anggukkan kepalanya.
      "Kalau begitu, kalian persiapkan diri ya." Ujar bapa dengan penuh semangat dilanjutkan dengan anggukanku dan juga Vino.


        "Vin, kamu lagi ada masalah ya ?" Tanyaku hati-hati pada Vino setelah kami sampai di ruangan dan duduk dimeja kami.
Vino diam. Kemudian menoleh padaku. "Nothing." Hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya. Aku geram, kesal.
     "Tak peduli seberat apapun masalah yang sedang kamu pikirin, setidaknya sama orang yang lebih tua diatas kita, nggak boleh kayak gitu." Ujarku berusaha menahan kekesalanku.
Vino menoleh lagi. Dan kali ini raut wajahnya seperti macan yang siap menerkam mangsanya. Aku takut.
      "Lo nggak usah sok tau dan nggak usah sok nasehatin gue deh. Urus aja diri lo sendiri." Ujar Vino dan kemudian beranjak dari meja kerjanya.
Aku diam. Rasanya hatiku berkecamuk. ada kecewa, sedih, dan terluka. Niatku baik. Aku tak ingin orang yang aku sayangi, tidak mengenal apa itu sopan santun.


DI kamar asrama ini, aku masih membayangi ekpresi Vino saat marah denganku tadi. Aku sangat takut tapi ketakutan itu tidak sebesar dengan rasa sedihku. Aku ingin dia berbagi masalahnya denganku. Jauh dilubuk hatiku, aku ingin masalahnya bisa selesai. Karena rasa inginku yang besar itu, aku memberanikan diriku menuju ke kamar Vino dengan membawa dua cangkir coklat hangat yang baru saja aku buat. Aku ketuk pintu kamar yang ada di hadapanku itu. Beberapa detik kemudian, terdengar suara pintu dibuka. Vino menatapku sangat dingin.
       "Ngapain lo ?" Ujar Vino masih dengan ekpresi yang sangat dingin.
aku menghela nafas. "Boleh masuk nggak?" Ujarku berusaha tersenyum padanya. Vino memandangiku lama. Dan kemudian akhirnya diizinkannya aku masuk.
      "Kenapa ?" Vino kembali bertanya pertanyaan itu padaku. Ku taruh secangkir coklat hangat di hadapannya.
     "Tadi aku buat coklat hangat ini. Nggak ada salahnya kan berbagi sama tetangga." Ujarku sambil tersenyum ramah padanya.
     "Lo mau nyogok gue biar gue nggak marah lagi sama lo ?" Ujar Vino masih dengan ekpresi wajah yang dingin.
Aku menghela nafas. "Kamu itu, kenapa punya pikiran kayak gitu ? Coklat hangat bisa menenangkan pikiran dan setidaknya ngurangin beban yang ada di pikiran. Makanya...." Aku belum sudah berbicara, tapi aku lihat Vino langsung menyeruput coklat hangat itu. "Eh,, awas panas.." Dan belum sudah aku berbicara, Vino sudah terjingkat jingkat sambil memegangi mulutnya yang mungkin hampir saja melepuh karena panas.
Aku tertawa melihat tingkah Vino. "aku belum selesai ngomong loh. main seruput aja." Ujarku masih dengan tawa yang memecah.
Vino memandangiku kesal sambil memegangi mulutnya yang kepanasan. "Kenapa nggak bilang dari tadi sih ??" Aku semakin tertawa terbahak bahak. "Aku baru mau bilang, eh kamunya udah minum aja. yah, mau gimana lagi." Vino menggerang." Ahh,, wanita ini. bener-bener." Ujarnya kesal.
Setelah kejadian Vino yang menyeruput coklat panas, suasana kembali tenang. Aku hanya diam sambil sesekali memandang ke luar jendela kamar Vino dan sambil sesekali mencuri pandang pada Vino yang sedang asyik menikmati coklat panas dengan berjuta pikiran yang ada di otaknya.
        "Mama gue kumat lagi." Ujar Vino sangat pelan. Tapi aku mendengar apa yang diucapkannya. Namun aku hanya diam. Menunggu ia berbicara lagi. "Gara-gara adik gue ketabrak dan mati, mama gue jadi stress. Dan kemaren gue dikasih tau dokter mama gue ngamuk lagi." Vino berbicara sangat nanar. "Gue nggak tega ngeliatnya, makanya gue nggak ke rumah sakit."
Aku diam. Seberat itukah masalah Vino. Aku yang dari tadi duduk dihadapannya memberanikan diri beranjak dan duduk disebelahnya. Dan saat itu aku melihat Vino meneteskan air mata dan disaat itu juga aku melihat betapa lemah dan menyedihkannya bad guyku di balik sosoknya yang dingin dan tidak bersahabat. Entah mendapatkan kekuatan dari mana, ku rangkul bahunya yang berlumuran otot itu. Aku sangat terluka melihat Vino seperti ini. Vino menoleh padaku masih dengan air mata yang membasahi pelupuk matanya.
      " Boleh gue pinjem bahu lo sebentar ?" Ujar Vino dengan mata nanar.
Aku terkejut. " Uhh ??" tapi akhirnya aku anggukkan juga kepalaku tanda mengiyakan. Setelah aku mengangguk, di sandarkannya kepalanya di bahuku dan tangisnya terpecah, air matanya deras menetes membasahi wajahnya. Dan dengan gerakan reflek, jemariku bergerak mengelus lembut rambutnya. Aku rela dia meminjam bahuku lebih lama lagi, jika itu bisa menghapuskan sedikit rasa sakit dan kesedihannya.

  ******************* 



Rabu, 13 November 2013

Ingatlah perjuangan pahlawan-pahlawan kita, Haii Putra Putri bangsa !!!

Yuhuu,,, ngeblog lagi :D Lagi menggebu gebu banget nih mau nulis tentang kayak judul tulisan ini. Yah, mumpung masih suasana hari pahlawan ya :D Plus mau berbagi semangat kepada putra putri bangsa yang terbuai sama kemodern dan kemeleniuman jaman. *bahasanya ampunn.. hha.

Ini juga efek nonton film korea nih yang judulnya "Bridal Mask". Gue nonton film ini juga atas rekomendasi temen gue. Dan karena dia yang merekomendasikan, gue penasaran sama nih film. Dan akhirnya gue tonton film ini. 28 episode dalam 2 hari. whahahaa... Ceritanya buat penasaran dan buat menggebu gebu banget. Film ini sebenernya nyeritain tentang bagaimana kekuatan cinta bisa mengubah segalanya. Tapi kekuatan cinta yang diungkapin di film ini, nggak cuma kekuatan cinta antara cowok dan cewek, tapi kekuatan cinta rakyat kepada bangsanya, kekuatan cinta seseorang kepada negara dan penerus-penerusnya nanti, kekuatan cinta seorang rakyat kecil terhadap negerinya yang malang dan terjajah. Yah, karena emosi yang diusung di film ini dapet banget, yah ngefek deh jadinya ke gue. 

Saat nonton nih film, gue ngebayangin begitu kerasnya perjuangan pahlawan-pahlawan bangsa kita dulu. Apalagi di film Bridal Mask itu yang ngejajah korea, Jepang. wah tambah kebayang deh gimana tersiksanya bangsa Indonesia saat itu. 

Gue inget, cerita di buku sejarah gue jaman SD dulu, Jepang ngejajah Indonesia emang cuma 3,5 tahun tapi penderitaan yang di rasakan rakyat Indonesia selama 3,5 tahun itu sama kayak penderitaan yang dirasakan rakyat Indonesia ketika Belanda menjajah Indonesia dulu. Kebayang kan sobat, gimana tersiksanya dulu rakyat Indonesia saat Jepang menguasai kita. Gue inget, di cerita itu Jepang memanfaatkan rakyat Indonesia untuk menjadi budak di dalam organisasi yang dibentuknya. Kayak di film "Bridal Mask" ini rakyat korea harus memuji kekaisaran Jepang, kalo rakyat kita dulu harus memuji dewa matahari mereka. Dan gue inget banget alibi Jepang saat ngejajah Indonesia : "Nippon cahaya Asia, Nippon pelindung Asia, Nippon pemimpin Asia". Yah itulah misi kekaisaran Jepang waktu itu. Mereka ingin menguasai Asia dan memerangi bangsa barat yang berusaha menguasai Asia. 

Nonton film ini, ngebuka mata gue. Bahwa sungguh kemerdekaan yang kita rasakan sekarang ini udah membunuh beratus-ratus ribu rakyat yang rela mati demi kemerdekaan Indonesia. Dan semua itu karena cinta mereka terhadap tanah air tercinta ini dan karena mereka ingin keturunan mereka nantinya dapat hidup bahagia dan tentram meskipun saat itu mereka harus menderita dan mengorbankan nyawa. 

Dan wahai sobat-sobatku, pikirkan sekarang apa yang sudah kita berikan untuk membalas dan membahagiakan ratusan ribu nyawa rakyat Indonesia itu yang berjuang demi kita, penerus-penerusnya ??? Apa yang sudah kita lakukan untuk bangsa ini ? apa yang sudah kita dedikasikan untuk bangsa ini ??? kita sibuk terbuai dalam kenikmatan teknologi dan modernisasi jaman.  

Dan wahai tuan tuan yang duduk santai di kursi dewan dan kepresidenan, apa yang sudah tuan-tuan lakukan untuk membalas perjuangan pahlawan-pahlawan kita ?? Anda-anda disana sibuk dengan korupsi, terbuai oleh nafsu duniawi yang tidak akan anda bawa di akhirat nanti ?? Apa yang sudah anda lakukan tuan-tuan ??  Pernahkah terlintas di pikiran anda-anda sekalian, pahlawan kita, rakyat Indonesia yang sudah merelakan nyawanya untuk kemerdekaan tidak berjuang untuk melihat Indonesia terpuruk seperti ini. Mereka tidak berjuang untuk melihat kalian memakan uang rakyat. Sadarkah itu ??? Dan sadarkah anda-anda sekalian bahwa api neraka sudah menyala-nyala bersiap membakar seluruh tubuh anda hingga hangus tanpa bekas ???  

Dan wahai pemuda pemudi Indonesia, putra putri penerus bangsa sadarkah kita saat ini sudah sangat jauh melenceng dari moral dan adat bangsa kita yang sesungguhnya ?? sadarkah kita bahwa pikiran kita saat ini sedang dijajah oleh bangsa barat ?? sadarkah kita, kita mulai kehilangan arah, prinsip, tujuan kita sebagai bangsa Indonesia ?? sadarkah kita bahwa kita sudah terlalu jauh melupakan perjuangan pahlawan-pahlawan kita dulu. Sadarkah kita bahwa semangat nasionalis itu sudah sangat pudar dari hati kita ?? Sadarkah kita bahwa kita sudah terlalu terbuai oleh kenikmatan-kenikmatan teknologi yang memberi kemudahan ?? 

Gue yakin, kalo para pahlawan-pahlawan bangsa ini bisa bangkit kembali mereka bakal sedih ngeliat kondisi negara kita saat ini. Mereka bakal meneriakkan kata-kata penyesalan sudah merelakan nyawa mereka hanya untuk melihat negerinya tercinta menjadi seperti sekarang ini. 

Untuk itu, wahai tuan tuan pejabat negeri, wahai pemuda pemudi dan putra putri bangsa, sadarlah !! kita mesti menyadari semua itu dari sekarang, sebelum negeri ini benar-benar akan hancur dan kehilangan jati dirinya sebagai bangsa. Kita tidak boleh hanya berteriak di bibir "aku cinta Indonesia" tapi kita harus berbuat dan menanamkan kecintaan kita kepada negara ini di dalam hati yang terdalam. Karena gue yakin, the power of love bisa mengubah segalanya. Kekuatan cinta kita, jika disatukan, akan bisa membangun negeri ini dengan sangat baik. Gue yakin itu. yah, karena pahlawan-pahlawan kita dulu juga melakukan hal yang sama untuk meraih kemerdekaan bangsa ini, dengan sebuah cinta dan semangat yang menyala-nyala. 

Selamat hari pahlawan,, 
Terima kasih atas segala perjuangan yang telah engkau lakukan pahlawan-pahlawanku
Terima kasih atas ketulusan cinta yang engkau berikan kepada negeri dan kami,
penerus-penerus perjuanganmu..
Kami akan meneruskan tombak perjuanganmu, wahai pahlawan-pahlawanku
Kami akan membuat seluruh dunia tau bahwa Indonesia adalah bangsa yang kuat dan hebat
Dan kami akan membuat engkau tidak pernah menyesal telah merelakan nyawamu demi kami, penerus perjuanganmu 

Kamsahamnida, Hero :)

Senin, 11 November 2013

Mahasiswa, Mahasiswa, dan Mahasiswa...

Haii guys ? annyeong ! udah lama nggak ngeblog. dan sekalinya ngeblog langsung deh ngegalau. hha. Nggak, kali ini nggak galau kok. Cuma gundah gulana aja :p

Gue bingung harus mulai dari mana. Tapi yang pasti gue gundah gulana, gegap gempita, dan sejenisnya. hha. tapi seriusan nih. Saat ini gue lagi meragukan status gue sebagai mahasiswa tingkat akhir. hha. Ini bukan sejenis meragukan status gen atau meragukan status sebagai anak. Ini lebih kritis daripada itu broh. Gue nggak siap aja ngeliat kenyataan kalo sekarang ini gue udah jadi mahasiswa tingkat akhir. Yah, meskipun banyak orang yang nyangka gue masih SMA kalo lagi pakek baju pramuka, dan nganggep gue MABA alias mahasiswa baru kalo pakek baju bebas, tetep aja kenyataannya gue mahasiswa tingkat akhir bookk. Mau digimanain juga gue tetep MAHASISWA TINGKAT AKHIR *caplock jebol. Dan you know lah kalo mahasiswa tingkat akhir itu dihadapin sama yang namanya SKRIPSI *jebol lagi caplocksnya. Dan kalian tau guys, SKRIPSI di jurusan gue harus buat program. Dan programnya itu nggak boleh cuma sekedar sistem informasi atau web aja. Tapi harus yang expert kayak sistem pakar, pengenalan pola, kriptografi, dan segala jenis yang menyerupainya :o Belum lagi sidang TA 2 kali plus kompree. Buat enek banget kan. TA 1, TA 2, Kompree. arghhh,, apa yang mesti gue lakuin ??? Mengeluh nggak ada gunanya, menangis apa lagi, jerit ? disangka stress. ketawa ? entar di sangka gila. terus otthoke ?? hha. Gue bener-bener nggak tau harus gimana.

Kemaren, gue udah dapet judul TA, dan mulai buat bab 1. eh pas gue nemuin pembimbing 2 gue, gue jadi ragu sama judul yang gue ambil. Tambah lagi sampe sekarang gue nggak berani nemuin pembimbing 1 gue yang merupakan raja macan dari segala macan di jurusan gue. Sumpah deh, nggak ada keberanian sama sekali mau nemuin nih pembimbing 1 sebelum gue bener-bener yakin sama judul yang gue pilih. Tapi kapan yakinnya ?? sampe sekarang aja gue masih ragu broh. Tapi tetep aja, karena tuh judul udah jadi pilihan gue, maka sampe gue dapet gelar sarjana gue harus pertahankan judul gue itu. Yah, sama lah kayak waktu gue bertahan di jurusan yang gue nggak ngerti kenapa bisa kecemplung ke dalamnya ini. Meskipun nggak bisa disamain, tapi gue bakal berusaha dengan judul ini sampe judul ini membawa gue dapet gelar sarjana. elehhh.... hha.
Tapi ciuusss,, ini lagi proses memantapkan hati dan berpikir keras mau dibawa kemana TA gue tercinta ini. Plus lagi bener-bener nyiapin mental buat ketemu sama pembimbing 1 gue.

Gue percaya kok, selama gue mau berusaha, selama gue mau bekerja keras, selama gue mau bersemangat dan belajar, gue bisa. Karena gue yakin Allah nggak akan pernah menyia-nyiakan apa yang telah di perjuangkan oleh hamba-Nya :)
Terlebih, lelaki terhebat gue selalu ada untuk mendukung dan menyemangati gue. Belum lagi wanita yang selalu gue cintai juga terus mendukung gue. Apalagi yang harus gue raguin ?? Mereka aja bisa percaya sama gue kalo gue bisa meski di hadapan mereka gue ngeluh dan mengekspresikan rasa takut dan keraguan gue. Gue percaya perkataan mereka, bukan hanya sekedar buat menghibur gue. Tapi mereka benar-benar mempercayai kemampuan gue dan mereka benar-benar percaya gue bisa ngelakuinnya. Yah, karena gue yakin sampe kapanpun hanya mereka yang tidak akan  berbohong sama gue. appa eomma, saranghae. aku membutuhkan senyuman ketegaran dan tatapan harapanmu untuk menjadi penyemangat dan keyakinanku menghadapi kegalauan mahasiswa tingkat akhir ini, ayah ibu :)

Gue nggak pernah kepikiran kalo jadi mahasiswa itu bakalan sesulit ini. Soalnya kalo gue liat di film-film jaman gue SMP dulu, orang kuliahan itu hidupnya santai-santai aja, berfoya foya dimana-mana, berjalan sesuka hati tanpa ada beban sedikitpun. Tapi ternyata tuh tv boongin gue. Kuliah, kampus itu nggak semanis yang ada di sinetron sinetron dan ftv indonesia rupanya. Disitu geu ngerasa bodoh banget. hha. Tambah lagi kalo perjalanan ke kampus itu memakan waktu 1 jam kalo nggak macet. Dan kalo macet, nggak tau deh berapa jam. Belum lagi debu-debu jalanan yang dengan gagahnya menyapu wajah dan membuat wajah menjadi kusam tak berbentuk. Arhhhh,,, kuliah macam apa yang seperti ini. hha. Tapi kata orang, semakin berat perjalanan yang kita lalui buat dapetin gelar sarjana, hal itu bakal terbayar dengan sangat manis :D

Intinya begini lah mahasiswa. Siap nggak siap, harus nemu sama yang namanya SKRIPSI. dan di saat itu tiba, kegalauan dan kegundah gulanaan bakal menghampiri sampe tuh SKRIPSI bener-bener udah selesai dan di bukukan. Peringatan buat gue juga sih, sampe buku SKRIPSI gue tercetak dengan rapi dan nilai skripsi gue keluar, gue harus berjuang ngelawan kegalauan dan kegundah gulanaan itu. Kalo kita yakin kita bisa, kita bisa kok :)
Semangat yah buat gue dan buat para mahasiswa tingkat akhir yang juga sedang ngerasain kegalauan tingkat akut kayak gue :p Fightingggg ^^

Kamis, 03 Oktober 2013

great guy a.k. great boy :D

Masih inget nggak cerita aku tentang great boy ?? Emm.. sekarang sii great boy udah jadi great guy aja. Nggak terasa, udah gede banget sii adek. hha. Aku aja sampe syok pas ketemu sama dia untuk kedua kalinya di ISG kemaren. Dalem hati aku bergumam, "cepet banget nih gedenya ya ??" hha. Badannya udah tambah tinggi aja, terus otot-ototnya udah timbul semua, tulangnya makin besar, dan cara mainnya lebih memukau dari waktu aku liat dia main di Sirnas Palembang 2011 kemaren. Dan yang lebih wah lagi tambah banyak aja fans yang menggilai nih adek. *jeolous,, can i ?? hha. Nggak nggak kok, aku bahagia banget sii great boy ini sekarang udah change jadi great guy dan udah makin banyak penggemarnya asal jangan lupa aja sih sama aku. whahaaa.. Tapi sikapnya nggak berubah. Masih tetep ramah, rendah hati, sopan, dan bertata krama. Adeknya sii adek ini juga kamaren ikut. Nah yang ini nggak jauh beda sama kakaknya. Cewek bernama Fitriani ini punya tampang yang imut dan manis dan juga sikap yang nggak jauh beda dari kakaknya. Rendah hati, ramah, sopan, dan selalu tersenyum pada semua orang yang menyapanya :D Tambah lagi permainannya yang luar biasa memukau. Tambah envy aja liat 2 beradik ini :D Tapi beneran deh, suka banget sama dua beradik ini jauh sebelum mereka terkenal. Dulu mah, pas sirnas palembang 2011 kemaren cuma dikit yang ngejer-ngejer minta foto sama sii adek ini, tapi pas ISG kemaren banyak banget yang ngejer-ngejer minta foto sama tanda tangan. Ditambah lagi keramahan dua beradik ini, udah deh. dikerubuni massa deh adek-adek ini. hhe. 
Tapi beneran deh, selama great boy (eh salah) udah great guy yah nggak ngecewain dan sikapnya nggak berubah saat ia udah terkenal, gue nggak bakal ngapus nama nih adek dari hati gue. *ciee bahasanya. Nggak nggak, ngapus dari hati dalam arti sosok yang mengagumkan dan memukau. Great guy ini udah aku anggep kayak adek aku sendiri. Adek-adeknya great guy juga aku anggep adek aku sendiri juga. Pokoknya selama great guy tetep jadi great guy, aku bakal terus mendukung, mengagumi, dan menyayanginya kayak adek aku sendiri. 

Semangat yah buat great guy, Rohmat Abdul Rohman. Ayo bawa harum nama Indonesia. Jalanmu masih panjang dek. semangat ya :D kakak bakal selalu dukung kamu dek :D
dan buat adek fitri dan adek obon, semangat juga yah. Dek Fitri, kesempatan kamu terbuka lebar buat jadi penerusnya tante susi susanti :D dan obon, kamu masih kecil terus asah kemampuanmu ya nak biar bisa gantiin oom alan budi kusuma :)

semangat buat adek-adekku !! Fighting !! :D

Rabu, 11 September 2013

My bad Guy (part 2)

      Aku melangkah gontai menuju asrama dinas yang memang disiapkan untuk pegawai di dinas budaya dan pariwisata kota ini yang berasal dari luar kota. Rasanya tubuh ini tak sanggup lagi untuk berjalan. Telapak kaki ini sudah sangat lemas untuk melangkah. Meski aku baru masuk, aku sudah dihidangkan dengan tugas yang seabrek yang membuatku harus mengerahkan seluruh kemampuan pikiran dan otakku. Bahkan aku tadi tidak sempat untuk makan siang karena terlalu asik mengerjakan tugas-tugas itu. Saat aku hampir sampai di depan pagar khas Bali asrama ini, aku melihat sosoknya. Jantungku kembali berdetak tidak normal dan kakiku yang lemas semakin dibuat tidak berdaya karena kehadirannya. Namun hasrat hati yang ingin menyapanya mengahdirkan kekuatan baru yang dapat menghilangkan lemas di kakiku.
             "Vinoo" Panggilku sedikit berteriak. Yang ku panggil menoleh sambil menatapku cuek tanpa ekspresi. Aku menghela nafas setidaknya mengurangi degupan hebat di dadaku.
           "Kamu tinggal di sini juga ya ?" Tanyaku dengan ramah masih dengan degup jantung yang berusaha aku tutupi.
           " Iya. Lo di sini juga ? sebelah mana ?" Jawab Vino masih dengan ekspresi datar yang sama.
Aku tersenyum lembut padanya. Dan menunjuk ke arah dimana kamarku.
           "Ohh." Hanya kata itu yang keluar dari bibir Vino. Kemudian dengan cueknya Vino kembali berjalan menuju arah yang ditunjuk olehku. Aku heran. Kenapa orang ini berjalan ke arah kamarku. Namun aku hanya diam dan mengikutinya berusaha menyeimbangi langkahnya.
         "Kamar gue juga arah situ." Ujar Vino singkat. Aku  mengangguk sambil membentuk bibir bulat. . Padahal tadi aku sempat geer berharap Vino diam-diam ingin mengantarku.
        "Ini kamar lo kan ? itu kamar gue." Ujar Vino sambil menunjuk pintu tepat di seberang pintu kamarku. Aku senang karena aku bisa betetanggaan kamar dengan Vino. Setidaknya ada orang yang aku kenal di sini jika ada sesuatu yang aku ingin minta tolong.
Setelah mengatakan itu, Vino berbalik ke arah kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Aku hanya mampu memandangai punggungnya yang dari dulu hanya punggung itu yang sanggup aku tatap dengan jelas. Karena selebihnya, aku tidak berani menatapnya. Aku melihat lengannya yang ternyata tato ditangannya bertambah lagi. Dan telinganya yang bertindik itu, semakin membuat aku merinding. Kenapa aku bisa menyukai orang seperti dia ? Bahkan berjanji untuk mengejarnya jika bertemu dengannya satu kali lagi. Aku juga tidak pernah benar-benar mengerti. Aku selalu berusaha untuk melupakannya, tapi yang terjadi aku terus merindukannya. Cinta sudah melumpuhkan segala logikaku. Bahkan ketika orang lain melihat dia begitu buruk dengan dandanan yang urak-urakan, aku melihat dia sangat keren dengan dandanannya yang urak-urakan. Entah kenapa hatiku terus yakin dibalik gayanya yang seperti preman pasar itu ada kehangatan yang sebenarnya di sembunyikannya. Ada luka yang berusaha dia tutupi yang ingin dihapusnya lewat gayanya itu.

                                                               *************
         "Geg, mau makan geg ? ayo kita makan sama-sama. kerjaannya nanti saja diteruskan geg." Ujar Made    kepadaku dari meja kerjanya. Aku menoleh pada Made, dan menggelengkan kepala. Made sedikit cemberut.
    " Entar saya makan deh bli. Tapi nanti kalo ini udah selesai. bentar lagi juga selesai kok bli." Ujarku mengucapkan kata yang kuharap bisa membuat Made sedikit tersenyum.
Made menghela nafas. "Baiklah geg, tapi benar ya setelah ini geg makan. dari kemarin geg tidak makan siang." Made berbicara masih dengan muka cemberut tapi kali ini pasrah. Aku mengangguk dan mengacungkan jempol tanganku sambil tersenyum lebar padanya. Made balas mengacungkan jempol sambil tersenyum dan kemudian beranjak dari mejanya. Aku pandangi Made sampai dia benar-benar keluar dari ruangan. Dan aku melanjutkan kesibukanku dengan komputer yang ada dihadapanku sambil sebelumnya melirik ke arah sebelah kananku, yang ternyata pemilik meja sebelah kananku juga belum beranjak pergi. Mungkin dia masih banyak kerjaan, sama sepertiku.
       "eh, lo dari kemarin nggak makan siang ya ?" Tiba-tiba pemilik meja di sebelah kananku berbicara.
Aku menoleh. gugup. Tapi aku berusaha menutupinya. '
     " hmm,, iya. Tapi udah biasa kok telat makannya. Kamu nggak makan Vino ?" Ujarku sambil terus menahan debaran jantungku yang berdetak diatas normal.
       "Nggak. masih banyak kerjaan. Entar aja. Lo udah mau selesai ? Entar gue bareng lo aja makannya." Ujar Vino yang sibuk dengan komputer dihadapannya. Meskipun dia bicara tanpa memandangku sedikitpun, tapi kata-katanya barusan, sudah berhasil membuat seluruh tubuhku bergetar. Apa yang ingin aku kerjakan terlupakan semua. Bahkan otakku tak sanggup mencerna apa yang ingin aku kerjakan dengan komputer dihadapanku. Aku hanya diam sambil memandang komputer. Sambil bergumam dalam hati. "Ini bukan mimpi kan ??" 


       Akhirnya pekerjaanku selesai juga setelah bersusah payah mengingat apa yang aku pikirkan untuk pekerjaanku karena kata-kata Vino. Aku rebahkan tanganku sambil memandangi hasil pekerjaanku. Rasanya lelah sekali. Terlebih cacing diperutku terus meronta ronta meminta di kasih makan. Ku save file yang sudah aku kerjakan dan aku mengklik icon shut down pada komputerku. Aku menoleh ke arah sebelahku. Vino masih sibuk dengan pekerjaannya. Sepertinya dia belum selesai. Aku beranikan diri untuk memanggilnya.
    "Vino... masih banyak ya kerjaan kamu ? Ada yang bisa dibantu nggak ? Kebeneran aku udah ngerjain kerjaan aku." Ujarku gugup. Vino menoleh padaku.
    "Nggak usah. Lo udah kan ? Makan aja yok. Laper gue. Gue lagi nggak pengen makan sendirian." Vino berkata dengan kecuekannya. Kalau aja dia bukan lelaki yang aku sukai, sudah aku jitak itu kepalanya.
    "Oke oke" Akhirnya aku bisa mengeluarkan kata-kata singkat tanpa ekpresi seperti apa yang sering dia lakukan. Aku beranjak dari tempat dudukku dibarengi dengan Vino yang juga beranjak dari tempat duduknya. Aku dan Vino berjalan sejajar tanpa satu kata pun.


     Selama berjalan menuju rumah makan terdekat, kami hanya diam dan sesekali saling menoleh. Namun tanpa sepatah katapun. Aku sangat benci dengan suasana seperti ini. Dan akhirnya aku memberanikan diri untuk mencairkan suasana yang seperti batu es ini, kaku dan dingin.
      "eh Vino, gimana perasaan kamu di sini ? nggak kangen sama jakarta ?" ujarku berusaha berbicara seringan mungkin.
      "Di sini lebih tenang, lebih damai, dan lebih membuat nyaman. Kenapa gue harus kangen sama Jakarta ? Nggak ada alasannya kan buat kangen sama kota yang banyak polusi, bising, dan nggak ada lagi alam yang indah yang bisa diliat." Vino berbicara sambil melihat lurus kepadaku. Aku diam. Mencari ide untuk membuat suasana lebih mencair lagi.
    "Iya sih. Tapi keluarga lo ? lo nggak kangen ?" Ujarku hati-hati. Dia menoleh lagi padaku, meneliti apa yang sedang ada dipikiranku, dan akhirnya dia angkat bicara.
    "Nyokap bokap gue disini. Paling cuma kangen sama nenek kakek gue di jakarta." Ujar Vino kali ini dengan ekspresi menerawang. Aku mengangguk mengerti. "Gue males liat jakarta. Banyak banget lukanya." Vino meneruskan kata-katanya.
    "Luka ?" Tanyaku penasaran padanya. Vino langsung memindahkan pandangannya dari pandanganku. Dia  terlihat seperti seseorang yang sedang menyembunyikan sesuatu.
   "Lupakan" Ujar Vino akhirnya. Aku diam. Dan kemudian mengangguk sambil tersenyum.
   "Iya deh iya. Kalo kamu entar mau ngasih tau aku, kamu harus langsung bilang ya sama aku." Ujarku sambil memukul lembut lengannya. Vino menoleh, kemudian memegang lengannya yang baru aku pukul tadi sambil mengangguk tersenyum. Aku hampir saja meleleh karena melihat senyumannya untuk pertama kalinya. Manis sekali, dan tetep cool tapi sangat tulus. Suasana menjadi mencair. Kami terus mengobrol sepanjang perjalanan ke rumah makan, sampai makan, dan sampai kembali lagi ke kantor. Entah apa saja yang kami obrolkan, tapi hari ini aku merasa bahagia sekali. Aku menemukan sosok ramah dan hangat seorang Vino yang mampu menghilangkan segala kelelahan tubuhku yang terforsir akibat banyaknya pekerjaan yang terus datang padaku bertubi-tubi.

*********


Kamis, 25 Juli 2013

Story - My Bad Guy (part 1)

prolog

Aku mencintainya, yah sangat mencintainya. Namun aku hanya bisa diam dan hanya mampu memandangnya dari kejauhan. Aku tak mampu berucap meski hanya sepatah katapun kepadanya. Sampai dia pergi dan benar-benar hilang. Aku tak tau harus mencarinya dimana. Aku merindukannya. Sekian lama hingga detik ini. Aku berjanji jika aku bertemu dengannya lagi kali ini, aku akan memperjuangkan perasaanku ini sampai akhir. Sampai aku mendapatkan cintanya atau sampai dia sendiri yang memintaku untuk menghilang dari hadapannya.


        Suasana kota Denpasar begitu tertib di pagi hari. Bangunan Pura yang unik menghiasi ketenangan kota. Bangunan bangunan yang tidak lebih tinggi dari pohon besar membuat kota ini terlihat semakin unik. Kota yang sangat berbanding terbalik dengan ibukota ini menyimpan banyak cerita sejarah di dalamnya. Akhirnya aku menginjakkan kakiku kembali di sini setelah sekian lama. Sebelumnya, aku pernah ke kota ini saat kuliah dulu. Waktu itu aku ke sini bersama dengan teman-temanku sekelas. Sebagai mahasiswi yang baru pertama kali menginjakan kaki di kota ini, aku merasa takjub dengan suasana di kota ini. Dan saat itu aku berjanji pada kota ini, saat bus yang aku tumpangi keluar dari perbatasan kota, aku berjanji aku akan kembali lagi kesini. Dan akhirnya Aku mengijakkan kakiku kembali di sini, dalam suasana yang berbeda. Sekarang aku sudah bekerja di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan aku dipindahtugaskan disini. Aku merasa berjodoh dengan kota ini. Kota yang membuat aku benar-benar penasaran ingin mengetahui banyak rahasia didalam kota ini.
       Ini hari pertamaku bekerja di sini. Aku merasa takut. Aku takut aku tidak bisa beradaptasi dengan orang-orang di kota ini yang notabennya adalah beragama hindu sedangkan aku sendiri seorang muslimah. Kumasuki bangunan kantorku dengan langkah ragu. gedung yang hanya bertingkat dua dengan gapura khas bali di depannya ini terlihat sangat tenang. Kuhampiri meja resepsionis untuk bertanya dimana ruangan kepala  dinas di sini. Ternyata sang resepsionis sangat baik. Dia tersenyum ramah padaku dan menunjukkan dimana ruangan kepala dinas yang ingin ketemui. Aku mengucapkan terima kasih kepada sang resepsionis yang baik dan ramah itu. Ku ketuk pintu ruangan yang ada dihadapanku dan muncul suara dari balik pintu itu.
                 "Silahkan masuk" , ujar suara dari balik pintu yang aku ketuk tadi.
Dengan ragu aku membuka pintu dan masuk ke dalam. Kudapati seorang lelaki paruh baya sedang duduk sambil menyunggingkan seulas senyuman kepadaku. Dengan ramah dia menyuruhku duduk.
           " geg ini yang pindahan dari jakarta yah ?" Ujar bapak kepala dinas dengan logat Bali yang sangat kental.
           "iya pak." Jawabku singkat namun dengan ramah.
Setelah aku jawab, bapak kepala dinas ini langsung mengeluarkan handphonenya dan menelpon seseorang.
         "Iya, meja yang di dekat meja kamu itu, tolong kamu beresi ya. Nanti kalo sudah beres kamu bilang sama saya ya Made." Pak Putu berbicara dengan seseorang di telpon yang dipanggilnya Made.
Setelah menutup telepon, Bapak kepala dinas ini tersenyum lagi padaku.
       "Saya harap geg betah ya di sini. Disini tidak kayak Jakarta yang banyak gedung-gedung pencakar langit. Tradisi di sini masih dipertahankan. Oh iya, geg bisa panggil saya Bapa (baca: bape) Putu." Ujar bapak kepala dinas ini yang baru aku tau namanya adalah Pak Putu.
      "Oh iya bapa, bapa bisa panggil saya Ifah." Ujarku sambil tersenyum. Pak Putu pun tersenyum sambil mengulang ngulang namaku.
     "Oh,, geg Ifah. Bapa panggil geg Ifah ya." Ujar Pak Putu sambil komat kamit mengulang ulang namaku.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum.
Tiba-tiba muncul seseorang dari balik pintu dan langsung menyapa pak Putu.
     " Bapa, mejanya sudah siap." Ujar seseorang ini.
Aku pandangi orang itu. Seperti aku pernah melihat orang itu. Tapi aku lupa dimana aku melihatnya.Wajahnya sangat familiar sekali. Dia menoleh kepadaku dan kemudian tersenyum sambil menyapaku.
      "selamat pagi geg." Ujarnya menyapaku sambil tersenyum ramah. Aku hanya tersenyum sambil melihatnya.
    "Geg Ifah, ini Made. Made ini salah satu karyawan kebanggaan saya. Masih muda, tapi kerjanya bagus." Ujar Pak Putu bersemangat.
    "Saya Ifah." Ujarku singkat sambil menunduk kepadanya.
    "oh, geg Ifah bisa panggil saya Bli atau panggil Made saja tidak apa-apa." Made kembali angkat bicara.
   "Sudah Made, antarkan geg Ifah ke ruangannya ya. Selamat datang di denpasar geg Ifah dan selamat bekerja di sini. Kalau mau minta tolong, jangan sungkan ya geg."
    "Iya pa, permisi dulu ya pa." Aku berangkat dari tempat dudukku dan menundukkan kepala kepadanya. Lalu kuikuti langkah Made untuk mendapatkan ruanganku disini.

                                                                  ********

    "Nah geg, ini ruangan kita. Oh iya, ayok kita kenalan dulu sama rekan yang lain." Made terus memberikanku informasi sepanjang jalan menuju ruangan hingga masuk ke dalam ruangan. Bahkan sekarang dia ingin memperkenalkanku dengan rekan-rekan kerja yang lain. Made sungguh lelaki yang ramah dan welcome dengan orang baru. Melihat sikap Made yang seperti ini, aku merasa akan betah di sini. Semoga semua orang di kantor ini seperti Made. Yah, ku harap.
   "Nah geg, yang ini geg Kirana namanya. Dia juga asli sini. sama kayak Made." Made memperkenalkanku pada salah satu perempuan dengan tubuh yang jenjang dan rambut ikal yang indah. Wanita yang aku tau namanya adalah Kirana ini terlihat begitu manis apalagi jika tersenyum.
   "Nah yang ini mbak Bella. Mbak ini pindahan dari Jakarta juga kayak geg." Made melanjutkan memperkenalkanku pada wanita yang bernama Bella.
   "Oh jadi ini yang pindahan dari Jakarta itu. Nggak nunjukin orang jakarta banget lo." Bella berbicara sambil memandang sinis dan angkuh padaku. Aku hanya diam dan kemudian tersenyum hambar tanpa satu patah kata pun. Aku mulai berpikir. Ku rasa, bukan orang Bali yang akan jadi bumerang untukku, tapi justru malah orang dari kotaku sendiri yang akan membuat hari-hariku di kota Denpasar ini tidak mengenakkan.
    "Udah geg, jangan di ambil hati yah geg. Emang mbak Bella agak sinis orangnya." Ujar Made berusaha mencairkan pikiranku. Aku hanya tersenyum dan mengangguk pada Made.
    "Nah geg, ini rekan kita satu lagi. Makhluk yang cuek dan yah bisa dilihat beginilah penampilannya kalau ke kantor. Kayak preman pasar Seloka." Ujar Made membicarakan tentang sosok lelaki muscular yang ada di hadapanku. Aku mendengar perkataan Made samar-samar karena lelaki itu sangat mengejutkanku. Jantungku seketika berdetak dua kali lebih cepat dari batas normal melihat sosoknya. Perasaanku teraduk aduk dengan sempurna detik itu juga. Aku kehilangan fokus, akalku sudah melayang entah kemana, dan kekuatanku hilang menjadi gelembung-gelembung udara. Detik itu juga aku ingin berteriak meluapkan segala campur aduk perasaanku itu. Lelaki yang baru dibicarakan Made tadi yang sekarang ada di hadapanku. Dia adalah seseorang yang bertahun-tahun belakangan ini aku rindukan kehadirannya. Seseorang yang berhasil menutup segala pintu di hatiku untuk lelaki lain. Ingin rasanya aku memeluknya detik ini juga untuk meluapkan rasa rindu yang entah sudah berapa lama ku tahan. Tapi kekuatanku yang hilang tidak dapat meraih sosoknya. Aku hanya diam terpaku tanpa bicara sepatah katapun.
     "Geg,, geg,, geg kenapa ? tidak enak badan geg ? geg ? " Suara Made samar-samar masuk ke dalam gendang telingaku yang akhirnya berhasil memberi impuls kepada syaraf otakku untuk merespon.
   "Ah,, apa Bli ? Nggak kok bli. nggak kenapa napa Bli." Ujarku terbata-bata.
Made menatapku, meneliti. Dan akhirnya dia tersenyum. Kemudian memperkenalkanku pada lelaki itu.
  "Nah geg, ini Vino. yah dia ini kalo ke kantor yah dandanannya seperti ini. Tapi dia berbakat geg. Dia mengurusi segala urusan external kantor ini." Ujar Made memperkenalkanku pada lelaki yang aku cari selama ini. Tanpa Made memperkenalkannya pun, aku sudah tau namanya. Bahkan aku tau ulang tahunnya dan segala kebiasaan-kebiasaannya. Yah, tanpa harus Made jelaskan.
    "Vino. Lo dari jakarta juga ya ?" Ujar lelaki yang aku tau namanya Vino dari dulu sambil menjulurkan tangannya kepadaku.
Aku diam. Masih tidak percaya. Untungnya, syaraf otakku sudah bekerja dengan benar lagi. Jadi tidak perlu menunggu lama untuk memberikan respon pada tangan yang sedang menawarkan untuk dijabat itu. Tangan yang sejak dulu ingin ku sentuh.
   "Ifah. Iya, gue dari jakarta." Ujarku sambil menjabat tangan Vino sambil berusaha sekeras mungkin menyembunyikan kegugupanku. Vino hanya mengangguk dan kemudian sibuk lagi dengan laptop yang ada di hadapannya. Aku menghela nafas. Lelaki ini lebih cuek dari yang aku bayangkan, rupanya.
    "Nah geg, disebelah sini meja geg, dan di sini meja Bli." Ujar Made yang akhirnya memanggil dirinya sendiri Bli.
    "Oh iya bli, makasih ya bli." Ujarku tersenyum dan kemudian duduk di meja yang Made tunjukkan.
Made tersenyum padaku. Dan kemudian beranjak ke meja kerjanya.
   "Oh iya geg, kalo ada apa-apa jangan sungkan minta tolong ya." Made sedikit berbisik dari mejanya yang bersebelahan dengan meja kerjaku. Aku mengangguk sambil tersenyum padanya.
Aku merasa Allah sedang menguji hatiku. Menguji janji yang pernah aku ucapkan dulu sebelum aku datang ke kota ini.

**********************************************************************************

geg : panggilan untuk wanita di Bali
bapa : panggilan untuk bapak di Bali
bli : panggilan untuk lelaki Bali







Rabu, 26 Juni 2013

Ku Tak Peduli...

Setiap permulaan pasti ada akhir. Itulah takdir yang sudah disuratkan. Dan mungkin saat inilah takdir itu berbicara. Sebesar apapun rasa cintaku pada sesuatu, sekeras apapun aku berahan untuk sesuatu tetap saja jika hati sudah tidak nyaman lagi, maka inilah saat yang tepat untuk merelakan dan melepaskan.
Terlebih, saat tidak ada lagi alasan untuk bertahan, maka apalagi yang diharapkan ? apa lagi yang harus diperjuangkan ? Hanya seutil rasa cinta mendalam terhadap sesuatu itu yang ada. Namun, masih bisakah aku bertahan hanya dengan seutil rasa cinta itu ? kurasa tidak. Aku tak sanggup lagi menahan amarah yang memuncak oleh kemunafikan dan keegoisan. Aku tak mampu lagi berpura-pura dengan segala kemunafikan yang tercipta. Aku bukan manusia seperti itu. Saat ketulusan sudah ternodai oleh secuil kebohongan dan saat keikhlasan telah bertuah menjadi kemunafikan. Apa yang mesti aku pertahankan lagi ? Bahkan orang-orang yang bisa membuat aku bertahan juga melepaskan sesuatu itu ? Lalu apalagi yang mesti aku pertahankan  ?
cinta ? Aku bisa mencari cinta baru di luar sana. Aku bisa berkelana mengembara demi sebuah cinta baru yang masih suci tanpa noda kemunafikan dan kepura-puraan seperti sekarang ini.
Aku tak pernah berpikir sesuatu yang aku cintai justru malah menjadi bumerang untukku. Menjadi pembuat lelah bagiku. Dan menjadi pedang tajam yang menusuk dalam hatiku.
Sungguh aku sudah terlanjur kecewa. Kecewa yang sangat dalam karena terus dikecewakan. Mungkin jika hanya satu atau dua kali dikecewakan, aku masih akan bertahan. Tapi berkali-kali kecewa itu datang, maka saat itulah amarahku pun datang. Emosi jiwa yang terus aku simpan rapat-rapat ada kalanya akan menggelembung, memuncak, dan akhirnya meluap. Dan saat itu tiba. Saat emosiku sudah tak tertahankan lagi, saat kebaikanku terhadap sesuatu  kuanggap sebuah kemunafikan yang memuakkan, saat aku sangat ingin meluapkan segalanya, saat tusukan itu sudah sangat dalam dan tak bisa aku ampuni lagi, giliran sesuatu itu yang harus mengerti.
Jika aku sekarang berubah, maka bukan karena aku tak cinta. Tapi karena terlalu banyak kecewa dan luka yang bahkan rasa cintaku sudah tidak sanggup lagi untuk menambal luka dan menghapus kecewa tersebut.

jhongma mianhe if i changing into a bad girl . it's because of your attitude,  if you know.

Jumat, 21 Juni 2013

Recommended Song For "Galauersss.." :D

Haii Haii Haii sobat blogger ? Apa kabar ??? hihihi... lagi pengen nulis nih. mumpung lagi nggak males sambil nungguin download an film gu family book :p
emmm... hati gue lagi rumit akhir-akhir ini. Kayaknya banyak banget sesuatu yang dateng nusuk banget langsung ke hati. Bingung mau ngeluapinnya gimana. Tapi, karena kondisi hati gue yang lagi mellow mellow ini, jadi gue cari-cari lagu yang cocok berdasarkan apa yang hati gue rasain. Dan oke, i will share them for you guys :)

First, Lagunya Hyong Wa CN Blue yang judulnya "Because I Miss You" Soundtracknya drama Heart String. hhe. nih lagu gue suka udah lama sih, sejak sii drama Heart String muncul. Dulu kalo denger lagu ini cuma merinding disko aja tapi sekarang, lagu ini mampu buat gue meneteskan air mata entah kenapa. hha. Buat lo, yang lagi ngerinduin seseorang dan nggak tau harus berbuat apa, gue recommen lagu ini lo dengerin. Tapi pahami dulu arti lagunya yah :D Makna lagu ini beneran dalem banget deh. Ciuss loh !! Cumpah deh !! HHA. Silahkan download nih lagu yah :D

Second, lagunya Judika yang judulnya "Setengah Mati Merindu" hha. Dulu, gue sering banget ngatain temen gue pakek lagu ini. Tapi sekarang, giliran gue yang mellow kalo dengerin lagu ini. Kayak ada sesuatu yang menyayat hati gue kalo denger lagu ini terutama bagian REFF nya sob. Emm,, "Aku merindukanmu,,,setengah mati merindu... tiada henti merindukanmu.. masih hatiku untukmu..." 

And Third, lagunya Rihanna yang judulnya Take a Bow. Nih lagu ngena banget deh buat orang yang suka banget nge "Lie". maksudnya Liar alias pembohong. hha. gue paling suka lagu ini di bagian yang ini nih sobat.
"And the award for the best liar goes to you... for making me believe that you could be faithful to me... let's hear your speech..." sama yang bagian ini "How about around of applause..standing ovation... you look so dumb right now.."

Nah, ntuh 3 lagu yang lagi demen-demennya gue dengerin saat ini. hhe. How about you guys ?? Ayo di share lagu-lagu yang ngena banget di hatinya sobat :) Let share together... :D


Rabu, 19 Juni 2013

My First Love vs My True Love (cerpen)




Aku memandangi lelaki yang sedang ada di hadapanku. Sosok lelaki yang sejak aku masuk kuliah hingga sekarang terus berada di sampingku. Lelaki yang selalu melindungiku dan menjagaku dengan penuh kasih sayang. Lelaki yang dingin namun perhatian, lelaki yang brutal tapi penyayang, lelaki yang tidak suka diatur dan sangat menghargai makhluk yang bernama wanita.
            “Hei, kenapa mandangin aku kayak gitu ? yah, aku tau kalo aku emang ganteng.” Ujar lelaki di hadapanku itu sambil tersenyum jahil yang bagiku senyum itu adalah senyum termanis yang pernah aku tau.
            “Nggak kok. Suka aja liat muka kamu. Lucu.. hhe.” Ujarku balas tersenyum jahil dengannya disambut dengan tangannya yang mengacak lembut rambutku.
            “Eh, aku ada kerjaan. Kamu tunggu sini yah. Jangan kemana-mana. Awas aja !!” Ujar lelaki itu mengancam sambil berbalik dan berjalan menjauhiku tanpa berkata mau kemana dia. Tapi inilah salah satu alasan kenapa aku sangat menyukainya. “Rafidias Abdul Rohman”, dialah lelaki yang mengancamku itu. Aku mengenalnya sejak awal masuk kuliah. Dia adalah kakak tingkatku di arsitektur ITB. Sejak awal P2K, sosoknya sangat menarik perhatianku. Entah karena apa aku tertarik padanya. Tapi karena rasa tertarik itulah saat ini aku merasa wanita yang beruntung karena memilikinya.
            “ emmm,, kamu Gisel kan ?” Tiba-tiba seseorang mengagetkan lamunanku. Aku sangat mengenal suaranya. Bukan, bukan suara Rafidias. Lalu, siapa pemilik suara ini ? Suara yang aku kenal hanyalah suara keluargaku, temanku, rafidias, dan satu orang dari kenangan masa laluku. Tidak.. apakah itu dia ? orang dari masa lalu itu ? Aku terus menduga-duga, tapi aku tidak berani untuk menatapnya.
            “Kamu masih inget kan suara kakak ?” Ujar orang itu lagi karena melihat aku yang hanya diam tertunduk.
Aku mengangkat wajahku dan benar saja kudapati sosoknya. Lelaki yang pernah mengisi hatiku. Dialah cinta pertamaku.
            “eh kak Ihsan , inget kok kak.” Ujarku dengan senyum yang  terpaksa.
            “Kamu sendirian aja ? Kakak boleh duduk sini ?” Ujar Kak Ihsan sambil menunjuk tempat yang ada di sebelahku. Ingin aku menjawabnya dengan kata tidak secara lantang tapi lidah ini sulit sekali untuk mengucapkan kata itu. Dan yang lebih menyakitkan aku hanya sanggup mengganggukkan kepala sambil mengulas senyum simpul.
            “Apa kabar kamu Gisel ? Kakak kangen banget sama kamu.” Ujar lelaki itu tanpa basa-basi. Aku teringat tentang bagaimana aku mencintainya dulu. Dan seketika itu juga jantungku terpacu untuk bergetar lebih cepat.
            “Baik kak. Kakak apa kabar ?” Tanyaku masih dengan detak jantung yang kencang dan tak menentu.
            “Baik juga Sel. Emm,, kakak tau kamu satu fakultas sama kakak  tapi kakak nggak punya keberanian buat nyapa kamu. Tapi tadi tiba-tiba aja kakak liat kamu disini dan kakak langsung ngampirin kamu.” Ujar kak Ihsan dengan tatapan mata yang masih sama seperti dulu. Tatapan mata yang teduh hangat dan.. membuat aku nyaman melihat pemiliknya. Percakapan kami berlangsung lama. Kami bercerita tentang masa-masa SMP dulu. Aku lupa bagaimana kak Ihsan dulu menyakiti hatiku dan yang lebih parah aku lupa kalau aku memiliki Rafidias sekarang yang entah kemana tadi dia pergi.
Sejak pertemuanku dengan kak Ihsan, aku sering sekali berkirim pesan dengannya tanpa diketahui Rafidias. Lagipula, Rafidias sibuk dengan kegiatan pencinta alamnya yang sedang melakukan persiapan untuk mengalahkan gunung tangkuban perahu. Bahkan, aku sering sengaja bertemu dengan kak Ihsan hanya sekedar untuk makan saja. Aku tak yakin aku masih mencintainya, tapi aku juga tak tau kenapa aku terus mengharapkan dia berada di dekatku. Aku teringat lagi masa-masa SMP dulu saat aku mencintai Kak Ihsan, dan itu adalah cinta yang pertama aku alami. Memori otakku berputar mundur mengingat masa itu.
            “ Mel, siapa sih kakak tingkat itu ? manis banget. “ Ujarku saat pertama kali aku memijakkan kaki di kelas baruku VII.7.
            “Oh, itu kakak tingkat kita Sel. Dia itu anggota osis loh. Kenapa ? kamu suka yah ? Ujar Amel temanku dengan menatap jahil ke arahku. Aku hanya tersenyum sambil mengangguk anggukkan kepala. Yah, sejak saat itu aku yang masih ababil mulai mencari tau semua hal tentangnya. Dari nama panjangnya, kelasnya, hingga jabatannya di OSIS bahkan aku mencari tau kesukaannya. Sampai-sampai aku membuntutinya hanya untuk tau dimana rumahnya. Jika aku melihatnya, aku akan tersenyum salah tingkah tanpa berani menatapnya Aku juga sering mencuri pandang dengannya jika kami sedang berada dalam satu ruangan yang sama. Saking aku mencintainya, berada dalam jarak beberapa meter dengannya mampu membuat kerja jantungku dua kali lebih cepat.
            Dan suatu ketika, dia pernah menyapaku dan tersenyum, rasanya saat itu aku seperti mendapatkan uang bermiliaran rupiah saking bahagianya. Dan sejak dia menyapaku, aku mulai dekat dengannya. Kami sering ngobrol bareng di kantin, bahkan kami sering berteleponan. Saat itu, aku benar-benar merasa cintaku akan terbalas. Namun ternyata kenyataan tidak sejalan dengan apa yang aku pikirkan. Kak Ihsan meneleponku pada suatu siang.
            “Gisel, lagi ngapain ?” Tanya kak Ihsan dari sambungan telepon.
Aku tersenyum mendengar pertanyaan kak Ihsan. “Lagi nonton kak. Kenapa kak ?” Tanyaku pada kak Ihsan berusaha menahan senyum bahagia yang jelas sangat terpancar di wajahku.
            “Kakak mau minta maaf sama kamu Sel.” Ujar Kak Ihsan dengan nada menyesal. Aku heran, bingung. Memangnya kak Ihsan berbuat apa padaku ?           “Maaf kenapa kak ? Aku nggak ngerti kak.” Ujarku pada Kak Ihsan dengan nada bicara bingung.
            “Kakak udah jadian sama Dwi.” Ujar suara itu dengan nada menyesal yang aku tau nada menyesal itu sangat tulus. Aku terenyuh mendengar perkataan kak Ihsan barusan. Hatiku seperti tercabik-cabik entah menjadi berapa bagian. Tapi aku mencoba bertahan. Aku mencoba menutupi kesedihanku.
            “Wah, selamat yah kak.” Ucapku dengan nada bahagia yang sangat jelas sekali dibuat-buat. “udah dulu yah kak, mau bantuin ibu dulu.” Setelah itu aku langsung memutuskan sambungan telepon dan berlari ke kamar. Di dalam kamar,  tembok kekuatanku mulai rapuh dan kemudin hancur. Aku menagis tak tau harus berbuat apa. Aku marah, kesal tapi aku tidak punya hak untuk itu. Aku sakit hati, aku kecewa tapi aku juga tidak punya hak untuk menghalangi kebahagiaan Kak Ihsan, orang yang aku cintai. Karena kedekatan kami tidak memiliki status. Dia bukan pacarku dan tidak salah jika dia sekarang berpacaran dengan wanita lain bukan ? Sejak kejadian itu, aku mulai malas datang ke sekolah. Aku tidak siap melihat mereka tersenyum bersama. Sampai aku tersadar, jika aku terus begini akan membuat prestasiku menurun dan sungguh kasiannya kedua orangtuaku yang bekerja siang malam untuk menyekolahkanku sedangkan aku sibuk dengan perasaan sakit hati yang sama sekali tidak berhak untuk menghalangi prestasiku. Sejak tersadar itu, aku mulai move on. Aku kembali menjadi gadis yang ceria dan penuh energi, tapi aku masih tetap tidak ingin melihat apalagi menegur kak Ihsan. Aku mulai membenci kak Ihsan, kurasa.
            Saat kak Ihsan akan lulus, aku juga masih bersikap sama dengannya. Tak ingin melihatnya dan sengaja menghindar jika terpaksa harus bertatapan dengannya. Kak Ihsan sering mengejarku, berteriak memanggilku, atau menatapku dengan penuh harap aku mau memandangnya dan berbicara dengannya. Hingga kak Ihsan tamat  SMP, aku tidak pernah bertemu dengannya lagi sampai di kuliah ini, saat dia tiba-tiba menyapaku dan datang kembali mengisi kehidupanku.

Setiap pagi aku senang sekali menghirup udara pagi di bawah pohon rindang di depan gedung jurusanku. Biasanya, setiap pagi Rafidias akan datang menghampiriku sambil menatapku dengan tatapan hangat. Tapi belakangan ini, dia tidak pernah menghampiriku lagi. Dia hanya meneleponku sesekali sambil menanyakan kabarku. Katanya dia sedang sibuk persiapan untuk naik ke gunung tangkuban perahu.  Tapi aku tidak merasa kesepian tanpanya karena setiap aku kesepian kak Ihsan akan datang menemaniku. Tiba-tiba nada dering panggilan telepon di handphoneku berbunyi. Ku lihat nama penelepon itu dan ternyata kak Ihsan. Aku langsung mengangkat telepon.
            “Hallo, gisel. Nanti siang kita makan bareng yah. Ada yang mau kakak omongin sama kamu.” Ujar kak Ihsan dengan nada bicara yang membuat hati nyaman mendengarnya.
            “Oh, iya kak. Kita ketemuan di kantin biasa kita makan aja yah kak.” Jawabku mengiyakan ajakan kak Ihsan.
“Baiklah, sampai jumpa nanti siang Gisel.” Ujar kak Ihsan dari telepon kemudian terdengar nada sambungan terputus dari speaker hapeku.
JJJJJ
            Aku berjalan keluar dari kelas dengan langkah cepat menuju kantin tempat aku dan kak Ihsan sering makan bersama. Aku yakin kak Ihsan sudah menungguku. Sesampainya di kantin, benar saja. Kak Ihsan sudah duduk manis di salah satu bangku di kantin itu sambil menyeruput es jeruk. Aku pun menghampiri kak Ihsan.
            “Kak,, maaf yah telat. Maklum. Dosennya lagi seneng ngejelasin. Jadinya lama deh kak. Hehehhehe...” Ujarku meminta maaf kepada kak Ihsan.
            “Ah, udah nggak apa-apa kok. Kakak aja kali yang kecepatan. Hha.” Ujar Kak Ihsan dibarengi dengan tawanya yang memepesona.
            “Ngomong-ngomong, kakak mau bicarain apa yah kak ?” Tanyaku pada kak Ihsan setelah aku memesan minuman kepada pelayan kantin itu.
            “emmm, masalah SMP dulu kakak minta maaf Sel.” Ujar kak Ihsan sambil menatapku, dalam. Aku terperanjat. Ternyata kak Ihsan masih merasa bersalah denganku. Padahal aku sudah lupa rasa sakitnya saat itu karena saking sakitnya.          “Udah kak, aku udah lupa kok kak. Santai aja kak.” Jawabku sambil tersenyum tulus. Aku tak ingin kak Ihsan dihantui rasa bersalah.
            “Kalau begitu, boleh kakak memperbaiki semuanya ? Kakak mau memulai dari awal lagi sama kamu Gisel.” Ujar kak Ihsan masih menatapku dalam dan tulus. Aku terkejut. Apa yang di maksud Kak Ihsan ?
            “Kakak mau memulai semuanya lagi Sel. Kakak ingin melindungimu. Boleh ?” Ujar Kak Ihsan padaku. Seharusnya aku senang karena cinta pertamaku datang kembali padaku dan mengatakan dia akan melindungiku. Tapi hal itu tidak terjadi padaku. Tiba-tiba sosok lelaki jangkung yang dingin sudah ada di samping aku dan kak Ihsan. Aku terkejut. Rafidias. Aku baru bertemu dengannya sejak dia meninggalkanku sendiri waktu itu. Dan dia sekarang memergokiku sedang berduaan dengan kak Ihsan. Tidak...
            “Kamu mau dia melindungimu Gisel ? Kalau mau, kamu tinggal jawab aja boleh. Tak usah peduli dengan perasaan orang lain. Aku yakin, orang lain akan bahagia kalo liat kamu bahagia.” Ujar lelaki jangkung itu sambil tersenyum dan kemudian pergi meninggalkan aku dan kak Ihsan. Tidak... apa yang barusan dikatakannya ? Dia bahkan tidak mengakui jika dia adalah kekasihku. Bahkan dia seolah-olah datang menghampiriku hanya untuk menjadi penasehat cintaku. Dia terlihat sangat dingin dan yang lebih menyakitkan, tatapan matanya seolah tidak ada aku di sana. Apa yang terjadi dengannya ? Dia marah ? Pikiranku benar-benar kalut saat itu.
            “Gisel, kok diem ? bolehkah kakak ngelindungin kamu mulai sekarang ?” Tanya Kak Ihsan entah untuk yang keberapa kali.
            “Maaf kak, aku nggak bisa. Sorry kak. Emm,,, aku ada kuliah. Maaf yah kak.” Ujarku sambil berlalu membiarkan kak Ihsan sendirian menatap punggungku yang berjalan gontai sambil mencari sosok Rafidias. Aku mengelilingi petak demi petak kampusku, tapi tidak kutemukan Rafidias disana. Entah kemana dia bersembunyi. Aku ingin meminta kejelasan kepadanya dan lebih daripada itu, aku ingin bertemu dengannya karena aku merindukannya.

            Seminggu berlalu sejak Rafidias memergokiku bersama dengan kak Ihsan di kantin. Sejak dia mengatakan hal yang membuat hatiku terasa dicabik-cabik. Cabikan ini lebih sakit dari yang aku rasakan saat kak Ihsan menyakitiku. Dan ternyata Rafidias pergi menjalankan misinya bersama dengan teman-temannya naik gunung tangkuban perahu setelah memergokiku waktu itu. Aku benar-benar merasakan hidupku hampa tanpa Rafidias di sisiku. Aku berjalan namun tak tau arah kemana aku melangkah, aku belajar tapi tak ada satu pun pelajaran yang masuk di otakku. Aku baru menyadari betapa berartinya Rafidias untukku lebih dari sekedar cinta pertamaku atau siapapun. Dan tanpa sadar, sebutir air mataku jatuh. Aku benar-benar merindukan lelaki dingin yang selalu melindungiku dengan caranya sendiri itu. Aku rindu sosoknya yang brutal, tak ingin di atur tapi sangat menghangatkan.
            “Nih, sapu tangan. Jangan nangis lagi.” Tiba-tiba suara seseorang mengagetkanku dan kulihat tangannya yang sedang mengulurkan sapu tangan untukku. Aku sangat kenal tangan itu. Tangan yang setiap hari selalu membelai dan mengacak lembut rambutku. Dan aku merindukan tangan itu lebih dari apapun saat ini.
            “Rafidias...” Aku hanya bisa menyebut namanya saja dan kemudian menangis sejadi-jadinya sambil memukuli tangannya yang masih memegang sapu tangan. “Kamu jahat...” Ujarku lagi sambil terisak dihadapannya. Hanya kata itu yang mampu keluar dari mulutku. Dia hanya diam melihat aku menangis dan memukuli tangannya tapi aku tau dia sedang menatapku tajam. Sejurus kemudian, dia mencengkeram tanganku yang sedang sibuk memukulinya lalu menariknya hingga aku berdiri dari tempat dudukku dan membawa tubuhku ke dalam pelukannya. Pelukannya benar-benar hangat. Hanya dari perlukannya, aku bisa merasakan betapa dia juga merindukanku. Dan rasa rindu antara kami berdua meluap di dalam pelukan itu. Menghambur ke udara dan kemudian bergabung bersama awan-awan yang seolah juga dapat merasakan luapan perasaan kami.
            “Kamu, ngapain kamu bilang kayak gitu ? terus pergi gitu aja ? Kamu tau nggak gimana aku tanpa kamu.” Aku berkata sambil menangis masih di dalam pelukan Rafidias.
            “Bukankah dia cinta pertama kamu kan ? Aku hanya memberi kamu kesempatan buat berpikir dan kembali bersamanya jika kamu bahagia meskipun sebenarnya aku bener-bener terluka saat itu. Aku selalu liat kamu kalo kamu lagi bersamanya. Aku sok sibuk itu karena aku ingin membebaskanmu memilih. Aku pikir, kamu lebih bahagia bersamanya Gisel.” Jawab Rafidias masih memelukku erat. Perkataan Rafidias membuat aku merasa wanita jahat. Apa yang salah denganku ? Seharusnya aku bersyukur karena memiliki Rafidias. Dia tau aku sering bertemu dengan Kak Ihsan. Tapi dia tidak marah justru dia malah mencoba menempatkan dirinya di posisiku dan berusaha untuk mengerti perasaanku.         
“Nggak. Aku bahagia karena ada kamu yang ngelindungin aku. Jangan kayak gitu lagi rafi. Kebahagiaan aku karena aku punya kamu yang terus disamping aku. Itu udah lebih dari cukup Raf. ” Ujarku tulus dari lubuk hati yang paling dalam.
            “Sstttt... seharusnya aku yang bilang kayak gitu.” Ujar Rafidias singkat dan mengeratkan pelukannya kepadaku. Kata-kata Rafidias mampu membuat aku yakin kalau sebenarnya dialah cinta yang kucari. Cinta yang aku impikan selama ini. Yah, mungkin Rafidias bukan cinta pertama aku, tapi aku yakin dia adalah cinta sejati aku. Cinta pertama itu mungkin adalah sebuah kenangan yang sulit untuk dilupakan karena dia benar-benar berpengaruh dalam perjalanan cinta kita, tapi bukan berarti saat kita bertemu dengan cinta pertama kita lagi, justru kita melupakan cinta yang kita miliki sekarang. Karena bisa jadi cinta kita yang sekarang itulah yang merupakan cinta sejati kita.
- Tamat -

 Aku terinspirasi membuat kisah ini karena seseorang dan aku persembahkan ini untuk seseorang. 

buat kamu, yang ada di hatiku saat ini, yang nggak tau ada satu wanita yang menyayangi kamu disini, yang aku kagumi dengan penuh ketulusan, dan yang aku cintai meski cintaku bertepuk sebelah tangan. special for you, V.D.N :) 

dan aku juga terinspirasi menulis cerita ini dari sebuah lomba menulis tentang cinta pertama. hha. 

happy reading yah guys. hha :D 
gomawoo for read my story  :)

 

Blog Template by BloggerCandy.com