ujian nasional pun berlalu. Aku kembali masuk sekolah, tetapi tidak ada jejak lelaki itu di sekolah. Setelah ujian, kelas 3 tidak diwajibkan lagi datang ke sekolah sampai pengumuman kelulusan. Entah aku begitu merasa hampa, hambar. Tak ada semangat yang aku temukan di awal aku masuk sekolah setelah libur kelas 3 ujian. Sepanjang hari, setiap jam, setiap detik aku harus berjuang menahan rasa rinduku padanya. Aku hanya bisa memandangi fotonya yang aku temukan lebih tepatnya yang aku cari sampai keliling sekolah, setiap kelas aku masuki hanya untuk mencari fotonya yang tertempel di meja bekas ujian nasional. Mungkin untuk sekarang aku merasa sangat bodoh, tapi ketika itu aku merasa orang yang paling beruntung karena bisa mendapatkan fotonya dengan kerja keras bahkan nomor ujian nasional nya aku hafal. Aku bahkan sebelum ujian nasional, mencari letak mejanya dan mengumpulkan sisa sisa tulisannya yang ada di laci meja miliknya. Dan yang aku temukan hanyalah kertas coret2.an nya. Hanya dengan mendapatkan kertas itu aku merasa bahagia. Sangat bahagia malah.
Ketika pengumuman hasil ujian nasional, aku merasakan aku yang sedang menanti detik detik pengumuman itu. Hatiku begitu risau, galau hanya karena aku memikirkan lulus atau tidak dirinya. Dan ketika aku tau semua kakak kelas sma ku lulus 100 persen aku begitu bahagia sampai air mataku menetes tanpa aku inginkan. Tapi sekarang, dalam pikiran yang normal dan tanpa rasa, lagi lagi aku merasa orang bodoh yang susah susah memikirkan orang lain yang sama sekali tidak memikirkanku.
Saat dia datang ke sekolah untuk mengambil ijazah, betapa bahagianya aku saat itu. Tetapi sekaligus sedih, karena itu artinya kau benar benar akan meninggalkan sekolah itu dan artinya aku tidak bisa melihatmu lagi. Tau kah saat itu, aku dan satu temanku yang juga menyukai kakak kelas 3 lari ke kelas kosong dan menyudut untuk menangis. Hanya menangisi langkahmu yang mulai keluar dari gerbang sma. Lagu lagu sedih lancar terputar dari mp3 temanku yang semakin mengentalkan suasana. Aku dan temanku itu semakin menangis menjadi jadi melepas langkahmu.
Semenjak acara tangis menangis itu, dia tidak pernah lagi datang ke sekolah. Dan aku sudah kelas 3. Selama kelas 3 itu, aku mungkin bisa berhenti untuk setiap istirahat langsung berlari ke lantai 2 melihat kelasnya, tetapi aku masih belum bisa menghentikan kerinduanku padanya. Aku pun tak pernah mampu menghilangkan perasaanku padanya sekalipun aku terus mencoba dan mencoba walaupun aku merasa benar benar lelah mencintainya. Aku tidak tau dimana dia sekarang, apakah sudah pergi keluar kota, atau dia masih di sini dan masuk dalam universitas dikota ini. Tak pernah terpikir dibenakku untuk mencari dan mengejarnya hingga jenjang universitas. Karena aku tau masa depanku bukanlah panggung sandiwara. Untuk apa berjuang mengejar orang yang sama sekali tidak pernah menoleh bahkan melirik kita. Aku tidak sebodoh itu untuk melakukannya. Karena akal sehatku masih bisa mengontrol perasaanku meski sudah terlalu dalam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar